“Upacara adat akan selalu ada, sehingga pesanan kerajinan uang kepeng tidak akan hilang. Sekarang bahkan kerajinan uang kepeng dan patung banyak dibeli untuk aksesoris, misalnya untuk cottage di Ubud saya punya pelanggan,” kata I Komang.
I Komang pun berharap momentum G20 dapat membuka mata wisatawan mancanegara bahwa uang kepeng dan patung tidak hanya dapat menjadi simbol dalam upacara adat.
Lebih dari itu, produk itu memiliki nilai estetika, budaya, dan ekonomi yang tinggi.
“Semoga acara-acara internasional seperti ini bisa mengangkat kerajinan khas Bali, melalui pameran misalnya. Sebab peminat hasil kesenian Bali tidak hanya masyarakat lokal,” imbuh dia.***