Setelah Dua Tahun Taruh Pusat Data Dibawah Laut, Microsoft Klaim Servernya Masih Berfungsi Baik

- 1 Juli 2021, 18:41 WIB
Pusat Data Microsoft Setelah Dua Tahun Ditaruh Dibawah Laut. / @infoduniaa_
Pusat Data Microsoft Setelah Dua Tahun Ditaruh Dibawah Laut. / @infoduniaa_ /

LENSA BANYUMAS - Setelah dua tahun berada di bawah permukaan laut, pusat data (data center) milik Microsoft akhirnya diangkat ke daratan pada 15 September 2020 lalu.

Data center itu sengaja ditenggelamkan Microsoft di pesisir laut Orkney, Skotlandia, sejak tahun 2018 lalu, sebagai bagian dari Project Natick fase kedua.

Project Natick adalah penelitian Microsoft untuk menentukan kelayakan pusat data di bawah laut, dengan menggunakan energi yang terbarukan.

Baca Juga: Sekarang Berhati-hatilah Pakai Cat Rambut, Ini Cerita Pelajar asal Perancis

Proyek ini juga menjadi sebuah studi apakah dengan cara itu bisa menghemat energi atau tidak.

Pada tahun 2018 lalu, pusat data yang ditenggelamkan terdiri dari 12 rak dengan 864 server dan penyimpanan berkapasitas 27,6 petabytes.

Saat diangkat, kapsul berwarna putih itu diselimuti oleh alga atau ganggang laut.

Meskipun demikian, server yang berada di dalamnya diklaim masih berfungsi dengan baik.

Dari 855 server onboard yang dimasukkan kapsul dan ditenggelamkan, ternyata hanya delapan yang tidak bisa bertahan.

Tingkat kegagalan itu menurut Microsoft lebih baik dibandingkan dengan pusat data yang berada di darat.

"Tingkat kegagalan yang kami temukan (pada server yang ditaruh di dalam air) adalah seperdelapan dari tingkat kegagalan server) yang kami jumpai di daratan," kata Ben Cutler, pimpinan Project Natick dihimpun KompasTekno dari BBC News.

Tingkat kegagalan yang lebih rendah itu kemungkinan disebabkan oleh tidak adanya interaksi dengan manusia, serta server yang beroperasi di lingkungan kaya nitrogen yang disuntikkan dalam kapsul, alih-alih udara yang kaya oksigen seperti di darat.

"Kami mengira bahwa hal itu ada hubungannya dengan atmosfer nitrogen yang dapat mengurangi korosi dan lebih dingin, serta tidak orang yang mengutak-atiknya," ujar Cutler.

Dia menyebutkan bahwa dengan disimpannya pusat data di dalam air, hal itu bisa terhindar dari risiko bencana alam atau ancaman serangan terori.***
.

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Instagram


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x