Lensa Banyumas – Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati mengatakan, efek La Nina berdampak pada peningkatan curah hujan mencapai 20-40 persen di Jateng, terutama wilayah selatan yakni Cilacap, Purworejo, Kebumen, kemudian di bagian utara timur seperti Demak.
"Wilayah Wonosobo dan Banjarnegara juga terkena tetapi Temanggung 0 persen. Banjarnegara dan Wonosobo kena 20 persen itu kelebihannya terhadap curah hujan normal dalam satu bulan," kata Dwikorita di Temanggung, pada Kamis, 15 Oktober 2020.
Baca Juga: Waspada! WHO Sebut 4 Jenis Hewan Ini Bisa Menyebarkan Virus Corona
Menurutnya, efek La Nina pada musim hujan mendatang bisa memicu bencana hidrometeorologi seperti longsor, banjir, dan banjir bandang.
Mulai Oktober ini, La Nina dampaknya mengakibatkan peningkatan curah hujan di hampir seluruh wilayah Indonesia, terutama Indonesia bagian tengah dan utara.
"La nina berasal dari Samudera Pasifik akibat suhu muka air laut Samudera Pasifik mengalami anomali, yaitu lebih dingin hampir mendekati minus 1 derajat sementara suhu di Kepulauan Indonesia lebih hangat," bebernya seperti dikutip dari Antara.
Baca Juga: Tingkatkan Penyebarluasan Informasi Gempa dan Tsunami, BMKG Pasang 16 Alat Teknologi Baru
Dwikorita menyebut perbedaan suhu itu mengakibatkan terjadinya pergerakan aliran masa udara basah dari Samudera Pasifik bergerak menuju kepulauan Indonesia, dampaknya termasuk di Pulau Jawa ini juga terkena.
"Pada saat La Nina terjadi peningkatan curah hujan dari 20 sampai 40 persen di atas normalnya, itu secara umum, Jawa juga kena, kecuali Sumatera yang tidak terkena," katanya.
Oleh sebab itu, dirinya juga mengingatkan masyarakat agar mewaspadai puncak La Nina yang diperkirakan akan terjadi mulai Desember 2020 mendatang.