Melatih Siswa Belajar Aktif Secara Mandiri Perlu Diciptakan Ekosistem Kegiatan Belajar

15 September 2021, 17:58 WIB
Pemberian tugas dengan kesempatan siswa untuk bereksplorasi memungkinkan setiap siswa untuk bebas berkreasi, mencari tahu sendiri, dan mencari jalan keluar dari masalah yang ditemui. / Zenius /

LENSA BANYUMAS - Sikap mandiri adalah hal penting yang perlu dimiliki setiap orang.

Seseorang yang memiliki sikap mandiri mampu berpikir secara jernih, membuat keputusan berdasarkan prinsip, dan tidak bergantung pada orang lain.

Idealnya, sikap ini telah dilatih sejak masih usia dini.

Baca Juga: Olahraga Ala Susi Pudjiastuti, Pakai Kain Blacu dan Dakron, Kadang Bergelantungan di Pohon

Jika tidak memiliki sikap mandiri, bisa saja seorang anak harus terus bergantung pada orang tua maupun orang di sekitarnya yang memengaruhi kemampuannya beradaptasi pada lingkungan hingga ia beranjak dewasa.

Melatih sikap mandiri pada anak dapat dimulai dari hal-hal kecil yang terjadi sehari-hari.

Seperti mulai melatih sikap anak saat kegiatan belajar sehari-hari, khususnya di tengah situasi pandemi yang masih didominasi dengan kegiatan belajar berbasis daring.

Untuk melatih anak agar bisa belajar mandiri, para guru, orang tua, ataupun para pendamping siswa harus menciptakan ekosistem kegiatan belajar yang baik dan mendukung kegiatan pembelajaran secara mandiri.

Chief of Teachers' Initiative Zenius Amanda Witdarmono tekankan pentingnya melatih sikap mandiri pada anak untuk dapat dijadikan bagian dari kegiatan belajar siswa dalam menguasai pengetahuan, dan lebih dari sekedar mengejar nilai di sekolah. / Zenius

Hal itu  dikatakan Chief of Teachers’ Initiative Zenius Amanda Witdarmono  dalam lokakarya yang berlangsung melalui Zoom dan Youtube Zenius untuk Guru (ZenRu) yang diikuti oleh lebih dari 1300 guru dari Provinsi Sumatera Utara, hari Rabu 15 September 2021.

“Sebagai seorang pelajar, setiap anak bisa melatih sikap mandiri ketika memiliki kesempatan untuk bereksplorasi secara luas. Pembelajaran aktif akan terjadi ketika siswa tidak hanya menerima materi dari guru, namun juga melakukan usaha dan inisiatif siswa dalam menganalisis dan memecahkan masalah yang mereka temukan,"kata Amanda. 

Melalui lokakarya tersebut, Amanda juga menjelaskan cara-cara untuk membangun ekosistem kegiatan belajar yang mendukung pembelajaran siswa secara mandiri, yaitu:

1. Pemberian tugas dengan ekspektasi detail, namun luas dari segi ide

Menurut Amanda  dengan cara ini berarti siswa diberikan sebuah tugas dengan kriteria yang jelas, terukur, dan deskriptif dari guru/tenaga pendidik.

Misalnya, batas halaman tugas, tools yang perlu digunakan, ataupun syarat-syarat teknis lainnya.

Sementara,.kata Amanda, guru perlu memberikan kesempatan bagi siswa untuk bereksplorasi dari segi ide.

Tidak ada batasan akan materi yang dapat mereka buat, tidak ada arahan secara spesifik akan jawaban konkrit yang diharapkan.

"Hal ini memungkinkan siswa untuk bebas berkreasi, mencari tahu sendiri, bahkan memungkinkan siswa untuk menghadapi masalah tersebut dan membuat mereka untuk menjadi mandiri dengan memecahkan masalah tersebut dengan akal dan sumber daya yang dimilikinya," ujar Amanda. 

Pemberian tugas dengan kesempatan siswa untuk bereksplorasi memungkinkan setiap siswa untuk bebas berkreasi, mencari tahu sendiri, dan mencari jalan keluar dari masalah yang ditemui. / Zenius

2. Kesempatan untuk siswa bereksplorasi

Amanda menyebutkan, Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di tengah pandemi justru memperluas area belajar siswa.

KBM tidak hanya terjadi di kelas ataupun lingkungan sekolah, namun bisa melebar hingga ke screen time mereka di waktu personal, saat berinteraksi dengan anggota keluarga ataupun teman-teman di lingkungan sekitar rumah, hingga saat waktu senggang mereka di rumah yang dialihkan untuk melakukan kegiatan lain yang bermanfaat.

Menyadari hal tersebut, pembelajaran secara asinkronus (pembelajaran secara fleksibel dan tidak perlu dilakukan dalam waktu yang sama) menjadi metode yang patut dicoba.

"Guru dan tenaga pendidik dapat mengadakan KBM melalui project-based learning, yang memungkinkan siswa bergerak sesuai dengan kemampuan dan naluri kreativitasnya sendiri dalam mengerjakan tugas," urainya. 

Tetapi sebelum melepas siswa untuk mengerjakan tugas secara mandiri, setiap guru tetap perlu memberikan bekal utama seperti pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap dasar agar siswa memiliki landasan untuk mengerjakan tugas yang diberikan.

3. Melatih keterampilan dasar (fundamental skills)

Ia menjelaskan Keterampilan dasar (fundamental skills) merupakan sebuah kemampuan untuk menganalisa sebuah materi verbal maupun numerik, menarik dan memilah informasi, dan akhirnya menciptakan pola pikir yang terintegrasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah.

"Fundamental skills ala Zenius terdiri dari 3 bagian, yaitu verbal dan logic (kemampuan untuk menganalisa dan memahami makna dari apa yang dibaca), matematika (berpikir secara konsisten, runut, dan sistematis), dan Bahasa Inggris (kemampuan untuk memahami bahasa Inggris, terlebih di dalam konteks budaya dan pemakaiannya),"terang Amanda. 

Untuk mendukung pembelajaran aktif secara mandiri, kata Amanda, setiap siswa diharapkan untuk memiliki fundamental skills yang baik.

"Hal itu bisa dibantu oleh guru-guru dengan melatih dan memperdalam keterampilan dasar ini dalam kegiatan belajar mengajar," tandasnya.

Melalui lokakarya yang berlangsung dari 13 hingga 15 Septemberq itu, kata Amanda, diharapkan guru-guru dapat menciptakan ekosistem kegiatan belajar yang memungkinkan siswa berproses dan melakukan eksplorasi secara aktif.

“Melatih kemampuan dasar para siswa dapat dijadikan bagian dari pembelajaran agar siswa menguasai pengetahuan, dan tidak hanya mengejar nilai di sekolah,” tutup Amanda.

Ke depannya, ZenRu akan terus menghadirkan lokakarya yang membahas seputar pengembangan kompetensi guru-guru di berbagai tingkat pendidikan dari berbagai daerah di Indonesia.

Sebagai salah satu pionir di sektor edtech, platform ZenRu dapat diakses secara gratis melalui www.guru.zenius.com.

Sejak diluncurkan pada November tahun lalu, sudah lebih dari 110 ribu guru menggunakan Zenius dan tergabung dalam komunitas Zenius untuk Guru.

Zenius melayani pertanyaan seputar penggunaan ZenRu melalui akun media sosial @zeniusuntukguru di Instagram, Telegram, dan Facebook.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Lensa Banyumas

Tags

Terkini

Terpopuler