Selalu Optimis Dalam Hidup Itu Perlu, Hanya Saja Kalau Berlebihan Bisa Membuat Kita Dalam Bahaya

2 Februari 2022, 17:45 WIB
Terlalu Optimis Dapat Membuat Kita Dalam Bahaya. / pixabay / StartupStockPhotos /

LENSA BANYUMAS - Seseorang punya pandangan hidup yang terlalu optimis cenderung melebih-lebihkan kemungkinan.

Kita mengalami peristiwa baik dalam hidup dan meremehkannya, kemungkinan kita juga mengalami peristiwa yang buruk.

Sederhananya, ketika kita lebih optimis daripada kenyataan yang sebenarnya.

Tentu saja kita membutuhkan optimisme untuk menjalani hidup, namun optimisme terlalu tinggi justru berbahaya.

Baca Juga: Mengalami Mata Panda? Ini Tiga Tips dan Trick untuk Mengatasinya

Otak kita yang punya kecenderungan untuk memiliki pikiran optimis membuat kita percaya kalau kita cenderung lebih jarang mengalami hal buruk dan punya potensi sukses yang lebih besar dari pada kenyataannya.

Kita percaya kalau hidup kita diatas rata-rata. Namun secara statistik tidak semua hal dalam hidup kita ini berada di atas rata-rata.

Sebagaimana dibagikan dalam kanal youtube Si Kutu Buku, disebutkan terdapat contoh yang menarik tentang optimis.

Di dunia barat tingkat perceraian mencapai 40 persen, artinya lima pasangan suami istri, dua diantaranya bercerai tetapi ketika kita bertanya kepada pengantin baru tentang kemungkinannya bercerai mereka menjawab nol persen.

Bahkan pengacara khusus perceraian juga terlalu optimis atas kemungkinan mereka bercerai.

Ada beberapa yang menyebabkan hal tersebut bisa terjadi. Pertama kejadian itu jarang terjadi ketika bicara soal perceraian.

Mayoritas seseorang merasa kalau diri mereka tidak akan terdampak karena kejadian tersebut tidak terjadi.

Setiap hari mereka punya kontrol ketika bicara pernikahan mereka akan bertahan seumur hidup.

Banyak orang yakin, kalau mereka tidak akan bercerai karena merasa keputusan itu berada dalam kendali mereka masing-masing.

Menariknya, mungkin seorang yang optimis atas masa depannya namun ketika mereka ditanya pandangan mereka soal negara atau masyarakat tempat mereka tinggal, mereka cenderung lebih pesimis.

Sama halnya ketika pandemi, banyak orang merasa kalau dirinya tidak akan terpapar virus karena usia mereka masih muda, tubuh mereka masih sehat dan sebagainya.

Namun disisi lain, mereka juga percaya kalau virus Covid nantinya merupakan bahaya besar bagi populasi manusia.

Perbedaan pemikiran ini mungkin disebabkan karena secara pribadi mereka bisa mengontrol tindakan mereka sendiri, jadi mereka percaya kalau mereka mampu menghindari dampak negatif.

Sebaliknya mereka tidak bisa mengontrol tindakan orang lain sehingga membuat mereka menjadi kurang optimis terhadap kondisi secara keseluruhan.

Banyak orang mengatakan bahwa kunci kebahagiaan adalah ekspektasi yang rendah, logikanya jika kita tidak berharap, hidup kita akan luar biasa menemukan cinta sejati tubuh yang sehat.

Dan kita tidak akan kecewa ketika semua hal diatas tidak terwujud. Namun ketika semua hal tersebut terwujud maka kita akan bahagia.

Teori tersebut cukup bagus, namun menurut ahli, hal ini kurang tepat.

Apapun yang terjadi apa itu berhasil atau gagal, orang dengan ekspektasi tinggi akan selalu merasa lebih baik.

Hal ini disebabkan apapun yang kita rasakan tergantung bagaimana kita menafsirkannya.

Optimisme mengubah realita hidup seseorang.

Optimisme juga tidak hanya berhubungan dengan kesuksesan tapi mendorong seseorang menuju kesuksesan.

Mungkin manfaat utama yang jarang orang tahu adalah dalam hal kesehatan.

Ketika kita berharap kalau masa depan kita cerah, maka stres dan kecemasan kita akan menurun.

Ada sebuah analogi yang menarik, sekelompok pinguin yang berada di dekat jurang.

Bagi para penguin pesimis yang tidak percaya kalau mereka bisa terbang maka mereka hanya menunggu saja di pinggir jurang.

Namun bagi para pinguin yang memiliki optimisme berlebih, mereka langsung melompat dan berharap yang terbaik.

Tentu saja mereka pasti akan meninggal, nah terakhir adalah para pinguin yang optimis, mereka merasa kalau mereka bisa terbang maka ketika mereka hendak melompat mereka menggunakan parasut.

Kita butuh menjadi orang optimis untuk punya tubuh yang sehat, karir, yang sukses, dan hidup lebih bahagia.

Namun disisi lain orang yang terlalu optimis bisa membuat keputusan yang buruk.

Jadi bagaimana kita bisa menjadi orang yang tetap optimis tapi tidak berlebihan yaitu kunci utamanya adalah menyadari hal tersebut bahwa kita hanya sebatas optimis bukan terlalu optimis.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: YouTube

Tags

Terkini

Terpopuler