Akademisi Fakultas Psikologi UI: Mengajak Anak Dengan Autisme Berpuasa Dimungkinkan

- 17 April 2021, 14:49 WIB
Anak dengan Autisme. / unair.ac.id
Anak dengan Autisme. / unair.ac.id /

LENSA BANYUMAS - Akademisi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Dr. Adriana Soekandar Ginanjar mengatakan bahwa bukan hal yang tidak mungkin untuk mengajak anak autisme belajar berpuasa. Salah satu caranya adalah pembiasaan dari orang tua.

"Cukup banyak anak-anak yang mungkin gangguannya cukup berat tapi akhirnya ikut berpuasa. Sebenarnya, anak belajar melalui meniru, observasi dari kegiatan (orang tua) di rumah, ritualnya (ibadah) berjalan, misalnya dari kecil sudah dibangunkan untuk sahur," kata Adriana yang dilansir Lensa Banyumas-PIKIRAN RAKYAT.com dari ANTARA, hari Sabtu 17 April 2021.

Menurutnya, penting bagi orang tua untuk memahami bahwa kebiasaan tersebut tidak bisa langsung ditiru dan diimplementasikan anak.

Baca Juga: Ada yang Ingat Ojek Payung tahun 90an Saat di Jakarta?

Sebagaimana anak-anak pada umumnya, pengenalan kebiasaan ini dilakukan secara bertahap.

"Misalnya, kalau pun dia masih belum bisa berpuasa penuh dan lapar di jam 10, boleh makan, lalu nanti puasa lagi. Kemudian orang tua juga bisa membuatkan makanan yang lebih enak saat berbuka, dan lainnya. Jadi memang ini harus bertahap," ungkap Adriana yang pernah bergabung di sekretariat ASEAN Autism Network (AAN) tersebut.pnya.

Sama seperti puasa, pengenalan ibadah dan aktivitas keagamaan lainnya seperti shalat kepada anak autisme, juga bisa dikenalkan sejak dini.

"Salat juga diajarkan, walaupun mungkin bacaannya hanya dari imamnya saja, dengan dia mengikuti urutan gerakannya. Memang bertahap, makin lama kalau anaknya pemahamannya bagus tentu bisa dijelaskan tentang agama, manfaat puasa untuk kesehatan, dan lainnya," terangnya.

Tidak bisa begitu saja dipaksakan pada anak, karena tergantung pemahaman anak.

"Ada beberapa yang kuat (berpuasa) walaupun ada anak yang lainnya makan. Bahkan ada juga yang suka baca Al-Quran. Dasarnya memang dari rumah. Kalau dibiasakan, maka anak akan terbiasa. Asal mengajarkannya tidak dengan ancaman, tapi lebih ke reward," imbuh wanita yang terlibat di Yayasan Autisma Indonesia tersebut.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x