Miliki Sistem Pengawasan Khusus, Wuhan Diduga Bukan Tempat Awal Covid-19 Menyebar

5 Agustus 2020, 11:37 WIB
Wuhan diduga bukan menjadiamenjadi tempat awal penyebaran virus corona, Gambar : Getty Images /

 

Lensa Banyumas - Kota Wuhan di Hubei, China diduga bukan menjadi awal mula penyebaran virus corona (Covid-19) yang saat ini mewabah di dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan meski klaster pertama ditemukan di Wuhan, namun penularan dari hewan ke manusia bukan diduga dari sana.

Direktur Eksekutif Program Darurat Kesehatan WHO, Michael Ryan, dikutip dari Antara mengatakan jika kota Wuhan memiliki sistem pengawasan khusus atas kasus pneumonia langka seperti Sar-Cov-2 atau Covid-19.

Menurutnya, para ilmuwan China telah memberikan data awal yang baik setelah mereka bekerja keras menemukan asal mula Covid-19.

Baca Juga: Perhutani Sambut Baik Gagasan Pengembangan Tempat Wisata dan Olahraga Paralayang di Bukit Watukumpul

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan peneliti di seluruh dunia perlu 'turun gunung' untuk membantu China menemukan asal mula Covid-19. Khususnya untuk kasus dan klaster pertama di Wuhan yang menyebabkan pandemi.

Penelitian epiedemologis lebih dalam perlu dilakukan bersama agar hasil yang dicapai akurat dan seimbang.

Komisi Kesehatan Nasional China (NHC) mengatakan WHO telah mengirimkan dua pakar melakukan investigasi di China pada 11 Juli hingga 2 Agustus 2020.

Selama berada di China, keduanya bekerja bersama para peneliti Wuhan menggelar riset, khususnya meneliti hewan yang dianggap menjadi biang keladi munculnya Covid-19.

Baca Juga: Dinilai Seperti Mutiara Tersembunyi Banyumas, Landasan Paralayang Bukit Watukumpul Bakal Diperlebar

Mereka juga menelusuri jejak penularan, juga bertukar gagasan membentuk rencana penelitian ilmiah yang akan datang.

Asal-mula virus corona jenis baru ini memang sangat membingungkan para peneliti sejak pertama ditemukan.

Akibatnya muncul banyak tuduhan dan teori konspirasi khususnya yang memojokkan China karena dianggap pandemi ini bermula dari kebocoran virus di laboratorium virologi Wuhan.

Bahkan Trump sendiri mengaku memiliki bukti kuat terkait dugaan tersebut meski hingga kini ia belum membuktikan ucapannya ke publik.

Jurnal Nature Microbiology, akhir Juli lalu menyebutkan para ilmuwan Eropa dan China menemukan bukti virus corona berevolusi di alam liar dan telah menjangkiti kelelawar lebih dari 40 tahun silam.

Baca Juga: Ditutup Tiga Hari, Pasar Sokaraja Saat Ini Kembali Normal, Ini Pesan Bupati Banyumas

Peneliti juga mengatakan bahwa memang virus corona bisa melompat dari kelelawar ke manusia.

Akankah hasil penelitian ini dapat menafikan teori konspirasi bahwa virus corona merupakan rekayasa manusia bahkan melarikan diri dari laboratorium?

Penjelasan dari pengelola laboratorium virologi di Wuhan menjelaskan mereka memang memiliki tiga virus corona yang berasal dari Kelelawar.

Namun, mereka membantah jika virus corona yang beredar dari laboratorium.

Kepada CGTN, Direktur Institut Virologi Wuhan, menyebut tiga strain virus hidup yang ada di lab, hanya memiliki kemiripan dengan SAR-Cov-2 (Covid-19) hanya mencapai 79,8 persen. ***

Editor: Agus Riyanto

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler