LENSA BANYUMAS - Fenomena cuaca El Nino, kemarau panjang hingga perubahan iklim yang terjadi saat ini, berdampak terhadap pasokan pangan dunia, termasuk di Indonesia. Akibatnya untuk memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri, pemerintah terpaksa melakukan impor beras.
Hal itu disampaikan Direktur Supply Chain dan Pelayanan Publik Perum Bulog, Mokhamad Suyamto saat mendampingi Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada kunjungannya ke gudang Bulog Klahang, Banyumas, Rabu (03/01/2024) kemarin.
"Produksi (beras, red) dalam negeri belum panen dan baru memasuki masa tanam karena El Nino," kata dia.
Menurut Suyamto, pemerintah saat ini tengah memberikan bantuan pangan berupa beras dan sembako kepada 22,04 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM). Dimana tiap KPM menerima bantuan 10 kg beras tiap bulan selama tiga bulan ke depan.
Oleh sebab itu, guna memenuhi kebutuhan tersebut, pemerintah terpaksa melakukan impor beras ke sejumlah negara.
"Menurut Kementan (Kementerian Pertanian, red) masih mulai tanam, sehingga masih menggunakan beras luar negeri, Pakistan, Myanmar dan Thailand," lanjutnya.
Suyamto merinci, bantuan beras untuk 22,04 juta KPM setiap bulan membutuhkan sekitar 220 ribu ton. Jika diberikan selama tiga bulan, maka total kebutuhan mencapai 660 ribu ton beras.
Adapun kebutuhan di Banyumas, mencapai 2.500 ton per bulan. Sedangkan stok yang tersedia di gudang Bulog Klahang, hanya 7.000 ton beras.