Kenapa Tidak Ada Hari Nasional Peci ?

- 7 Maret 2021, 16:43 WIB
Foto Iustrasi
Foto Iustrasi /Sumber foto : portaljember/portaljember.pikiran-rakyat.com

Lensa Banyumas – Tidak bisa dipungkiri yang memperkenalkan dan mempromosikan Peci sehingga menjadi ikon Indonesia ke seluruh dunia adalah Presiden RI pertama Soekarno.
Peci diserap dari bahasa Belanda Petje atau juga lebih dikenal dengan nama Kopiah yang diadopsi dari bahasa Arab Kufiya

Mao Zedong maupun Fidel Castro juga sering pakai topi, tapi sering dilepas. Namun beda dengan Soekarno, kapan saja dan dimana saja beliau selalu pakai Peci. Maka dari itu hampir tidak ada foto Soekarno tanpa Peci.Peci itu sudah merekat menjadi satu dengan penampilan beliau, sama seperti bahkan bagi Soekarno, peci ini juga melambangkan kekuasaan beliau.

Masyarakat baru bisa melihat wajah asli beliau tanpa peci, hanya menjelang akhir hayatnya. Saat beliau sudah mulai sakit-sakitan dan tidak memiliki kekuasaan lagi.Ketika masa mudanya beliau, tidak pakai peci melainkan Blangkon. Lalu, Ia melepaskan blangkon dan mengganti dengan peci untuk melepaskan kepriyayiannya dan juga lambang jawanisasi.

Indonesia bukan hanya terdiri dari pulau Jawa saja. Oleh sebab itulah beliau memilih Peci yang bersifat lebih netral untuk dijadikan ikon bangsa. Bisa dipastikan bahwa beliau pakai peci bukan hanya sekedar untuk menutupi bekas luka di jidatnya akibat jatuh dari pohon beringin ataupun untuk menutupi kerontokan dari rambutnya.

Harus diakui apabila beliau pakai peci. Beliau kelihatan jauh lebih berwibawa dan juga lebih ganteng. Sebenarnya Soekarno mulai pakai peci sejak ia berusia 20 tahun. Pada saat beliau harus tampil di rapat Jong Java pada bulan Juni 1921. Bung Karno mendeklarasikan Peci sebagai “ciri khas saya dan lambang nasionalisme kami” seperti dalam pledoinya Indonesia menggugat di Pengadilan Landraat Bandoeng, 18 Agustus 1930.Jadi jelas Peci itu bukanlah milik ras ataupun agama tertentu, melainkan milik ciri nasional bangsa Indonesia.

Ahok pakai peci hanya sebagai Gubernur DKI yang mewakili rakyat Betawi. Jadi wajarlah apabila beliau ingin memakai pakaian ala Betawi lengkap dengan peci. Umat Muslim dianjurkan agar memakai penutup kepala untuk menyempurnakan ibadah shalat. Hal ini diriwayatkan dalam sebuah hadist dari buku Abu Dawud dan Tirmidzi bahwa Rasulullah bersabda: “Perbedaan antara kami dengan kaum muzyrik adalah Sorban’ jadi bukannya khusus Peci.

Oleh sebab itulah juga banyak umat Muslim yang menggunakan sorban sebagai penutup peci yang dinamakan Imamah seperti yang dipakai oleh AA Gym.Hal ini pulalah mendorong umat untuk pakai Peci pada waktu Sholat Jumat.Ada banyak kebaktian di Gereja terutama di Jawa Tengah. Disitu   banyak umat yang memakai peci datang hadir ke Gereja. Namun tidak pernah melihat Pastor atau Pendeta pakai peci.

Harus diakui pula, bahwa kebanyakan yang pakai peci adalah umat Muslim. Hampir semua santri di Pesantren pakai peci. Bung Hatta sendiri jarang pakai peci. Tapi Gus Dur mantan Presiden RI 3 sering pakai peci. Maka tidaklah heran, pada hari Lahir ke-9 Wahid Insitute pada kamis 26 Sepetember 2013 yang lampau, di akhir acara ibu Sinta Nuriyah menyematkan hadiah Peci kepada pak Jokowi. Sebagai amanat untuk melanjutkan misi dari Gus Dur yang selalu mewakili rakyat kecil.

Aneh bin nyata 6 bulan kemudian pak Jokowi mencalonkan diri untuk menjadi capres. Apakah ini kebetulan???

Hampir semua Tokoh di Indonesia baru mau pakai peci pada saat pelantikan jadi Menteri atau diangkat jadi Pejabat Tinggi lainnya. Dan itu karena Soekarno mencanangkan Peci sebagai lambang nasional.

Peci berlaku bagi suku manpun, Bangsa Apapun, Agama apappun dan dimanapun, namun tanyalah apakah kita selalu pakai peci pada hari Nasional? Ke pesta pernikahan, sekarang sudah banyak orang meninggalkan budaya barat pakai Jas diganti dengan pakai batik. Namun berapa gelintir tamu yang bersedia dan mau datang pakai Peci?

Lihat saja para anggota DPR siapa yang hadir pakai peci? Mungkin takut dinilai sebagai n’Deso alias Kampungan? Takut dinilai sebagai Si Unyil. Beda dengan Soekarno pakai Peci untuk melambangkan bahwa ia mewakili kaum kecil – Marhaen atau kaum miskin dan kaum Proletar.
Begitu juga berapa banyak tamu yang hadir di hotel berbintang bersedia pakai peci? Yang banyak pakai peci hanya ada di warung kaki lima atau tempat kumpul abang becak.

Sedangkan para koruptor baru bersedia dan mau pakai Peci pada saat mereka disidang pengadilan,

Menurut Danny Melani Butar Butar Sejak Ia berangkat meninggalkan Indonesia ke Jerman, selain baju batik yang dibawa adalah Peci. Namun baru dipakai hanya pada saat mau tampil dalam acara yang kebudayaan saja. Untuk menonjolkan diri sebagai wong Indonesia.”Saya janji apabila pada suatu saat saya diangkat jadi Pejabat, suer saya akan pakai peci siang malam,”Katanya.

Lalu, kenapa tidak ada hari Peci Nasional, seperti hari hari besar nasional lainnya dimana banyak yang pakai pakaian tradisional? “Pernahkah anda melihat rekan di FB yang selfie pakai peci?.

Editor: Cokie Sutrisno

Sumber: Danny Melani Butar Butar


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah