Solat Tarawih Ternyata Tidak Dikenal di Zaman Rasulullah, Ini Sejarahnya

1 Mei 2021, 13:04 WIB
Sejarah munculnya istilah solat tarawih, dijelaskan oleh Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar /Muhammadiyah.or.id/Lensa Banyumas


LENSA BANYUMAS - Solat tarawih, merupakan satu amalan spesial bagi umat Islam selama Ramadan. Tetapi ternyata menurut Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar, istilah tarawih justru tidak dikenal pada zaman Nabi dan masa sahabat.

Bahkan dalam Kitab Al-Muwaththa karya Imam Malik dan Kitab Al-Umm karya Imam Syafii sekalipun, tidak didapati istilah tarawih.

Pada zaman Nabi Muhammad SAW, amalan itu disebut dengan Qiyam Ramadan. Istilah tarawih muncul belakangan dipopulerkan dalam kitab yang ditulis oleh Imam Al-Marwadzi yang mengutip Kitab Syarah Sahih Muslim tulisan Imam Nawawi.

Baca Juga: Penetapan 1 Syawal 1442 H dan Idul Fitri 2021 versi Muhammadiyah

Tetapi kata Syamsul, tarawih dan Qiyam Ramadan punya makna yang serupa.

“Imam Nawawi seorang ulama Syafi’iyyah mengatakan, Qiyam Ramadan itu solat tarawih. Perlu kita ketahui, istilah solat tarawih itu baru ada sekitar abad ketiga. Pada kitab yang ditulis Imam Malik dan Imam Syafi’I, tidak didapati istilah tarawih,” kata Syamsul.

Penjelasan Syamsul itu, untuk menanggapi sebuah pernyataan yang menganggap solat tarawih dan Qiyam Ramadan merupakan dua amalan berbeda secara jumlah rakaat.

Menurut mereka, salat tarawih 20 rakaat, sementara Qiyam Ramadan 8 rakaat. Namun Syamsul meluruskan, pernyataan tersebut tidak memiliki sumber referensi kuat.

Selain itu, kualitas hadis yang menerangkan 20 rakaat salat tarawih mengutip hadis dari Ibnu Abbas yang diriwayatkan Al Baihaqi dan Ibnu Abi Syaibah.

Akan tetapi mayoritas ulama hadis, tanpa perbedaan pendapat menilai hadis tersebut statusnya dhaif alias lemah. Bahkan beberapa ulama, menempatkannya sebagai hadis mungkar.

“Hadis yang membicarakan solat malam di bulan Ramadan 20 rakaat, memang dapat ditemui di dalam beberapa kitab hadis namun tidak akan ditemukan di kitab-kitab hadis terkenal seperti Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Nasa’I,” kata Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah ini.

Karena itulah, Majelis Tarjih memilih 11 rakaat jumlah solat tarawih, lantaran memiliki landasan dalil yang lebih valid.

Dasarnya berasal dari hadis dari Aisyah Adhiyallahu‘anha yang diriwayatkan dua guru besar hadis yaitu Bukhari dan Muslim. Dalam hadis tersebut, seorang sahabat bernama Abu Salamah Ibn Abd ar-Rahman bertanya kepada Aisyah tentang solat Rasulullah di bulan Ramadan.

Lalu Aisyah menjawab: “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah melakukan salat sunnat (tathawwu‘) di bulan Ramadhan dan bulan lainnya lebih dari sebelas rakaat. Beliau salat empat rakaat dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya, kemudian beliau salat lagi empat rakaat, dan jangan engkau tanya bagaimana indah dan panjangnya. Kemudian beliau salat lagi tiga rakaat.”

Berdasarkan hadis Aisyah di atas, jumlah rakaat solat tarawih yang dilakukan Rasulullah Saw adalah 11 rakaat dengan witirnya, dikerjakan empat rakaat lalu salam tanpa tahiyyat awal, kemudian empat rakaat lalu salam, dan ditutup dengan salat witir tiga rakaat lalu salam.***

Editor: Dedy Sudianto

Sumber: muhammadiyah.or.id

Tags

Terkini

Terpopuler