Kenali Perbedaannya, Jokes-jokes Ini Rupanya Mengandung Unsur Bullying. Nomor 4 bikin kaget

- 27 Februari 2022, 22:50 WIB
Kumpulan Jokes Bapak-bapak Jaman Now, Ngakak Banget Sumpah
Kumpulan Jokes Bapak-bapak Jaman Now, Ngakak Banget Sumpah /OmarMedinaFilms/PIXABAY/

Ketiga, menyindir berat badan. Mungkin sebagian orang menganggap candaan ini sebagai hal yang sepele, namun siapa sangka jokes-jokes yang menyindir perihal berat badan rupanya mengandung unsur bullying. Misalnya jika bertemu teman yang gemuk, maka kamu akan mengatakan "itu badan apa tong sih? Bulet bener-" jelas saja hal tersebut sama sekali tidak lucu. Sebab, kita tidak tahu bagaimana perjuangannya untuk diet dalam menurunkan berat badan itu bisa saja membuatnya menjadi stress dan tertekan.

Keempat, bagi sebagian orang mungkin kaget dengan fakta ini. Pujian rupanya bisa saja menjurus ke ranah pembulian lho! seperti pujian "Cewek... Cantik amat sih..", hal tersebut justru menjurus ke pelecehan dan tentunya pujian jenis ini terkadang juga harus diwaspadai. Karena, meskipun memang pujian namun mengandung unsur bullying yang menjurus ke pelecehan.

Baca Juga: Mau Jadi Eksportir? Berikut 5 Buku Tentang Ekspor yang Direkomendasikan untuk Bacaan

Kelima, dengan menyindir kesalahan seseorang di muka umum tidak menjadikan dirimu keren. Semisal kamu membuat jadwal pertemuan dengan temanmu atau rekan kerjamu namun ia datang terlambat, lalu kamu menyindirnya dengan "Bilang donk kalo telat. Daripada nungguin, bisa nyari pacar dulu kali." Jelas saja, hal tersebut sangat tidak sopan sebab orang yang ditegur justru merasa dipojokkan dan dihakimi tanpa kemampuan untuk membela dirinya.

Keenam, manusia diciptakan berbeda-beda salah satunya seperti kemampuan maka jangan sampai menghina kemampuan seseorang serendah apapun itu kemampuannya dalam bidang tertentu. Kata "Ya elah gitu aja nggak bisa. Balik aja jadi anak TK sana!" sering dijumpai dikehidupan sehari-hari rupanya mengandung unsur bullying, padahal seharusnya kita menghargai kemampuannya. Sebab kita tidak tahu bagaimana perjuangannya dalam meningkatkan kemampuan, serta apa yang mudah bagi kita justru belum tentu bisa dikatakan mudah bagi orang lain.

Ketujuh, toxic masculinity. Sama seperti poin 1 dan 2 di atas, kasus ini adalah topik sensitif. Perbanyaklah ilmu terkait kesetaraan gender untuk menghindari jokes seperti ini, semisal ada teman laki-lakimu yang menangis ditinggal pacarnya kemudian kamu mengatakan "Jadi laki cengeng amat. Mending lo pake rok aja deh. Lebih cocok!. Candaan tersebut rupanya mengandung unsur bullying, sebab tidak ada salahnya laki-laki menjadi sensitif bukan berarti mereka harus selalunya menonjolkan sikap maskulinitas dibandingkan feminimnya.

Kedelapan, jangan sampai kamu melontarkan candaan yang menyatakan bahwa seseorang tidak pantas. Misalnya dengan kalimat "Haha tunggu aja sampa dia sadar dari khilafnya terus mutusin kamu", tentunya membuat orang yang dihina merasa terpojok dan kepikiran. Cobalah untuk memilah-milah kata yang tepat supaya tidak membuat seseorang tersinggung.

Kesembilan, meragukan gender. Kasusnya percampuran antara ketidaksetaraan gender dengan penampilan seseorang jangan dijadikan sebagai candaan. Sebab hanya karena ia tidak berpenampilan seperti kebanyakan bukan berarti kita menanyakan hal itu. Contoh "Masa sih cewek kok rambutnya pendek gitu?"

Terakhir, menoyor kepala ataupun jokes fisik lainnya. Meskipun banyak yang mengatakan jokes ini biasa saja dan terkesan semakin mengakrabkan, namun perlu diingat bahwa kesopanan adalah nomor satu. Sehingga dengan menoyor kepala atau jokes fisik sama sekali tidak sopan.

Demikianlah sejumlah jokes yang rupanya termasuk bullying. Pada dasarnya bullying memang manifestasi diri yang sifatnya negatif. Maka dari itu, meskipun bagi kita lucu namun tentunya perlu memandang dari sisi yang dibercandain dan perlunya dalam memilah kata-kata yang dilontarkan supaya tidak mencederai perasaan seseorang.***

Halaman:

Editor: Rama Prasetyo Winoto


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x