Sejarah Singkat Stasiun Tanjung Priok

- 22 Februari 2021, 13:47 WIB
Stasiun Tanjung Priok tempo dulu.
Stasiun Tanjung Priok tempo dulu. /Sumber foto: jakartakita.com/jakartakita.com

Lensa Banyumas - Untuk para penggemar moda angkutan umum seperti naik kereta api merupakan hal yang menyenangkam. Selain tempat yang nyaman untuk perjalanan, kereta api juga boleh dikatakan punya sistem keamanan yang baik. Terlebih bgi anak anak, di dalam gerbong kadang bisa untuk jalan jalan selama penumpangnya terbatas.

Bicara kereta api, tentu tidak lepas dari peran stasiun pemberhentian kereta, yang kita kenal stasiun kereta api. Salah satunya adalah stasiun Tanjuk Priok. Sebagai stasiun, Stasiun Tanjung Priok (TPK) merupakan stasiun kereta api kelas II yang terletak di seberang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Stasiun yang terletak pada ketinggian +4 meter ini termasuk dalam Daerah Operasi I Jakarta.

Dikutip dari akun Facebook Foto foto Tempo Doeloe, Stasiun Tanjung Priok memiliki langgam bangunan art deco, stasiun ini termasuk salah satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya DKI Jakarta. Memiliki delapan jalur kereta api dengan jalur 2 sebagai sepur lurus ke arah Jakarta Kota, jalur 3 sebagai sepur lurus dari arah Jakarta Kota, jalur 6 sebagai sepur lurus ke arah Rajawali-Pasar Senen-Jatinegara, dan jalur 7 sebagai sepur lurus dari arah Jatinegara-Pasar Senen-Rajawali. Di sayap barat laut emplasemen stasiun ini terdapat percabangan jalur menuju pelabuhan tersebut.

Keberadaan Stasiun Tanjung Priok tidak dapat dipisahkan dengan ramainya PelabuhanTanjung Priok​ yang merupakan pelabuhan kebanggaan masa Hindia Belanda. Bahkan Stasiun Tanjung Priok berperan sebagai pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda. Stasiun ini pada dasarnya terbagi atas dua periode.

Dikutip dari laman Heritage Kereta Api,
Stasiun yang dibangun pada tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral A.F.W. Idenburg (1909-1916) ini merupakan karya Ir. C.W. Koch seorang insinyur utama dari Staats Spoorwegen​ (SS-Perusahaan Kereta-api Negara Hindia Belanda). Dalam pembangunannya diperlukan tak kurang dari 1.700 tenaga kerja dimana 130 di antaranya pekerja dari Eropa.

Meskipun bukan merupakan stasiun pusat, stasiun Tanjung Priok dibangun di atas tanah seluas 46.930 m2 dengan luas bangunan 3.768 m2 yang megah dan mewah. Memiliki delapan peron sehingga nyaris sebesar stasiun Jakarta Kota.

Fungsinya pada masa itu tidak hanya untuk stasiun saja, tetapi juga menyediakan penginapan bagi penumpang yang akan menunggu kedatangan kapal laut untuk melanjutkan perjalanan. Kamar-kamar penginapan tersebut terletak di sayap kiri bangunan yang khusus disediakan untuk penumpang Belanda dan orang Eropa, serta dilengkapi dengan ruang di bawah tanah yang diperkirakan berfungsi sebagai gudang logistik.

Dikutip dari Laman Detik Travel, Stasiun Tanjung Priok diresmikan penggunaaannya tepat pada ulang tahun ke-50 Staats Spoorwegen (SS) tanggal 6 April 1925 dan bersamaan dengan pembukaan jalur Tanjung Priuk – Beos Qakarta Kota) yang dilayani kereta dengan lokomotif listrik seri ESS 3200 (buatan Werkspoor, Belanda) serta jaringan listrik aliran atas (LAA) yang terbentang mulai dari Tanjung Priok – Bogor, dan jalur lingkar sekitar Jakarta.

Tahukah kamu bahwa Stasiun Tanjung Priuk, atau biasa disebut dengan Stasiun Tanjung Priok, punya kembaran yang berada di Belanda? Stasiun ini memiliki kemiripan dari segi atap peron alias overkaping-nya. Bila dilihat dari segi kemiripan overkaping atau atap peronnya, Stasiun Tanjung Priok memiliki kemiripan dengan Stasiun Central Amsterdam di Belanda.***

 

Halaman:

Editor: Cokie Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x