Usaha Olahan Rempah Irmawati Makin Berkembang Pesat Sejak Jadi Binaan Pertamina

- 27 Maret 2021, 19:51 WIB
rmawati A. Husen pemilik usaha Ifamoy menjadikan rempah sebagai bahan utama produknya. Beberapa diantaranya seperti olahan dari kenari hingga olahan dari pala. / Pertamina.com
rmawati A. Husen pemilik usaha Ifamoy menjadikan rempah sebagai bahan utama produknya. Beberapa diantaranya seperti olahan dari kenari hingga olahan dari pala. / Pertamina.com /

LENSA BANYUMAS - Kekayaan rempah-rempah di berbagai wilayah Indonesia sangat melimpah jumlahnya. Kalau melihat keuntungan itu, banyak usaha mikro dan kecil (UMK) binaan Pertamina yang memanfaatkannya menjadi produk olahan dengan nilai jual tinggi.

Sehingga dapat mengangkat khazanah rempah dari masing-masing sekaligus menjadikan UMK tersebut lebih kompetitif dan naik kelas.

Salah satu mitra binaan yang menjadikan rempah sebagai bahan utama produknya adalah Irmawati A. Husen.

Baca Juga: Ketahanan Pangan Keluarga Lewat Olahan Ikan dan Budidaya Ikan Dalam Ember

Pemilik usaha Ifamoy yang berbasis di Jalan Bali Bunga, Kelurahan Tabona, Ternate, Maluku Utara tersebut memanfaatkan kekayaan rempah timur Indonesia menjadi aneka macam produk.

“Kami memproduksi olahan kenari seperti selai kenari, kopi kenari dan snack kenari, olahan pala seperti abon pala, nastar pala, teh pala dan lainnya,” ungkap Irma yang dikutip Lensa Banyumas-PIKIRAN RAKYAT.com dari rilis dilaman pertamina.com.

Usaha yang digeluti sejak tahun 2007 itu lamban laun menunjukkan perkembangan yang positif.

Pada awal memulai bisnis, Irma hanya menitipkan produknya di warung-warung kecil sekitar rumahnya.

Perlahan tapi pasti, modal pun terus bergulir hingga saat ini ia memiliki pelanggan tetap di berbagai wilayah di Indonesia, seperti wilayah Maluku Utara sendiri, Ambon, Sumatera, Jakarta, dan daerah besar lainnya.

Pesatnya kemajuan bisnis Ifamoy semakin terlihat jelas kala Irma memutuskan bergabung menjadi mitra binaan Pertamina pada 2020 lalu.

Berkat bantuan modal yang diterima, ia bisa melipat gandakan produksi kopi kenari yang semula 100 cap/ hari menjadi 10x lipat hingga 1000 cap setiap harinya. 

Kenaikan produksi yang berkali lipat ini pun berimbas pada omzet yang didapatkan. Jika sebelum menjadi binaan Pertamina, Irma mampu mengantongi pendapatan sebesar Rp. 20 juta setiap bulan. Kini pendapatannya bisa mencapai angka Rp. 60 juta setiap bulan.

“Sungguh banyak perubahan besar terjadi pada usaha saya setelah menjadi binaan Pertamina. Karena banyak program dan pendampingan yang bagus,” pungkasnya.

Irma merasa, dengan perkembangan bisnisnya ini maka harus lebih banyak warga sekitar yang turut merasakan manfaatnya.

Akhirnya, ia pun memberdayakan para pekerja yang merupakan ibu rumah tangga dan para wanita yang memiliki tingkat pendidikan rendah.

Hal ini sebagai implementasi SDGs poin ke-8 yakni menyediakan pekerjaan layak dan mendukung perekonomian, sekaligus penerapan ESG di bidang sosial.

Sementara itu, Senior Vice President Corporate Communications & Investor Relations Pertamina, Agus Suprijanto menjelaskan, Pertamina akan terus mendukung pengembangan produk-produk lokal agar lebih mendunia. Terutama pemanfaatan rempah-rempah yang melimpah di Indonesia.

“Semua ini harus kita jaga dengan cara mendampingi UMK yang bergerak di bidang tersebut agar terus berkembang dan mampu naik kelas hingga kancah global,” terangnya.

Menurut Agus, melalui Program Kemitraan ini, Pertamina ingin dapat senantiasa menghadirkan energi yang menggerakkan roda ekonomi.

Energi yang menjadi bahan bakar, serta energi yang menghasilkan pertumbuhan berkelanjutan.

“Pertamina akan mendukung para UMK Indonesia agar lebih berdikari dengan pendampingan intensif yang kami berikan hingga UMK mampu naik kelas,” imbuhnya.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: pertamina.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah