Ingin Menambah Kualitas Berbicara Anda? Ini Seni Yang Harus Dipahami

LENSA BANYUMAS - Seseorang yang berbicara layaknya seorang pemimpin maka mimpinya akan menjadi kenyataan.

Ketika membahas menjadi pembicara yang baik itu bisa dipelajari dan bukan hanya ditentukan oleh bakat.

Sebuah ucapan bisa disebut baik apabila bisa menggetarkan hati, masalahnya mayoritas orang tidak tahu bagaimana caranya dan mereka pikir itu adalah bakat atau keahlian yang tidak bisa dilatih.

Ada sebuah contoh yang bagus pada film The King's dimana menceritakan Pangeran George VI yang dinobatkan sebagai Raja di Inggris saat perang dunia ke 2, dimana ia mengalami kesulitan dalam berbicara dan selalu gagap.

Baca Juga: Bingung Ingin Makan Apa? Yuk Cobain Resep Chicken Katsu Curry Dijamin Oishi

Hal itu yang membuat masyarakat Inggris tidak menyambut pidatonya dengan baik hingga akhirnya Raja George VI berlatih keras dan berhasil mendeklarasikan pidato yang luar biasa.

Pidatonya pada saat itu sangat menyentuh dan berperan besar dalam menyatukan Inggris untuk bersatu dalam Perang Dunia Kedua.

Dilansir dari kanal youtube Si Kutu Buku membagikan tiga hal penting dari seni berbicara.

Pertama memberikan kesan pertama yang baik.

Menurut sebuah penelitian, persentase sebuah perusahaan memilih pegawai baru karena kesan pertama mencapai 66 persen. 

Yang menariknya lagi waktu yang dibutuhkan untuk menentukan kesan pertama seseorang adalah satu menit hingga 10 menit.

Fakta lainnya adalah ucapan singkat ternyata salah satu faktor yang penting dalam menentukan kesan pertama.

Dalam sebuah pertemuan tidak ada kesempatan dua kali untuk memperbaiki kesan pertama yang buruk. Pertemuan kedua hanya bisa didapat apabila kesan pertamanya baik.

Ucapan adalah sarana yang penting untuk menilai seseorang secara keseluruhan dan dari ucapan kita bisa memperoleh kesan baik dari lawan bicara serta dapat menunjukkan sisi menarik diri kita kepada lawan bicara.

Melalui storytelling ini merupakan strategi yang bisa dilakukan ketika memperkenalkan diri sebagai contoh ketika wawancara kerja saat diminta untuk menceritakan siapa diri kamu, kebanyakan orang sibuk menyebutkan spesifikasi dirinya dan kelebihannya.

Namun sayangnya bila apa yang disampaikan biasa saja. malah membuat orang lain tidak terkesan.

Itulah sebabnya kita perlu menggunakan storytelling. Ini adalah cara bicara yang memberikan nilai lebih tersendiri.

Ada contoh menarik tentang storytelling yaitu kisah Paul Roberts, seorang salesman yang mengikuti ajang Britain's Got Talent.

Di ajang tersebut Paul merupakan penyanyi pop era yang punya kisah awal mengharukan.

Saat dia naik panggung tidak ada yang tertarik, namun ketika dia menyanyikan Ariel Nessun Dorma dengan suara merdu hasilnya ternyata tidak disangka.

Lagu yang dinyanyikan oleh Paul itu untuk berjuang melawan kanker.

Para penonton lalu tenggelam dalam perasaan mereka masing-masing, karena kisahnya membuat para penonton menjadi terhanyut dan setiap kali mendengar nama Paul.

Bahkan kebanyakan orang langsung mendoakan Paul untuk bisa sukses mengejar mimpinya menjadi penyanyi pop.

Selanjutnya kenali dirimu dan kelebihannya.

Bagaimana membuat lawan bicara menjadi tertarik dengan kita, salah satunya yaitu melalui cara menjual nilai diri kita kepada tempat yang diinginkan.

Kita harus tahu kelebihan yang kita punya, namun jika menetapkan nilai diri terlalu tinggi padahal kemampuan tidak seberapa, maka tidak akan ada yang mencari kita.

Sebaliknya jika menetapkan nilai diri terlalu rendah, padahal kita ahli disana, maka kita bisa kehilangan ambisi dan kepercayaan diri.

Untuk menjadi orisinil kita perlu nilai lebih yang ditonjolkan.

Keaslian atau orisinalitas ini yang membedakan seseorang dengan orang lain ketika berbicara.

Sebagai contoh ketika Handy mengajar kelas khusus wawancara kerja di sebuah universitas di Purwokerto, lalu seorang mahasiswi curhat kalau ia tidak tertarik dengan jurusan yang diambilnya sekarang.

Dan itulah yang membuat nilainya kurang bagus.

Padahal tahun depan dia sudah mau lulus dan takut tidak diterima kerja kemudian Handy meminta untuk menceritakan kemampuannya.

Ternyata mahasiswa itu suka sekali dengan kosmetik.

Mahasiswa tersebut sangat lancar ketika berbicara soal kosmetik termasuk kelebihan dan kekurangan masing-masing produk.

Bahkan mahasiswa ini bisa menebak produk kosmetik apa yang dipakai dirinya hanya dengan memperhatikan wajahnya.

Lalu Handy menyarankan agar mahasiswa itu tidak berkecil hati karena dia sudah melampaui kemampuan teman-temannya.

Jika Handy adalah pemimpin perusahaan kosmetik. pasti mahasiswa ini akan langsung direkrut.

Handy juga menyarankan agar fokus pada hal yang dia sukai dan jadikan itu sebagai keunikan dia saat wawancara.

Benar saja tidak lama setelah mahasiswa itu lulus kuliah ternyata dia diterima bekerja di sebuah perusahaan kosmetik.

Mereka yang setiap memiliki kelebihan, pasti akan menghasilkan banyak prestasi dalam pekerjaannya.

Poin lainnya yaitu memenangkan pembicaraan tanpa perkelahian.

Ada sebuah diskusi yang secara intelektual kita bisa melatihnya melalui forum debat.

Apabila kita ingin mendengarkan debat, akan menjadi kacau jika semua orang yang berbicara tapi tidak ingin mendengar.

Padahal dengan kemampuan mendengarkan, kita bisa menang tanpa berkelahi dan bisa menghasilkan debat yang produktif untuk menemukan solusi baru yang lebih baik.

Dari sebuah permasalahan kemampuan bicara yang baik bukanlah sebuah bakat tapi sebuah keahlian yang bisa diasah.

Kemampuan ini akan membantu kita mencapai apa yang diinginkan dalam hidup.

Jadi poin dari seni berbicara adalah memberikan kesan pertama yang baik, kemudian mengenali diri sendiri untuk membuat lawan bicara tertarik, dan mempertahankan orisinalitas yang dimiliki.

Dan juga mendengarkan sebelum memulai suatu pembicaraan.

Dengan seni berbicara tersebutlah, kita akan memiliki kualitas bicara yang membuat orang lain menilai lebih diri kita.***