Masa Sulit Pandemi Covid19,Edi Bikin Usaha Tela Ne

- 12 Juni 2021, 08:15 WIB
Edi Santosa bertahan membangun ekonomi dimasa pandemi covid19 dengan memanfaatkam singkong sebagai Tela Ne
Edi Santosa bertahan membangun ekonomi dimasa pandemi covid19 dengan memanfaatkam singkong sebagai Tela Ne /Kharisma Muhammadiyah/

LENSA BANYUMAS– Pengusaha UMKM Banyumas terus bergeliat tidak peduli sedang pandemi Covid19, usaha untuk bertahan demi dapur ngebul. Salah satunya mengolah singkong "Marjoko" yang dilakukan oleh Edi Santosa warga Desa Rawaheng, Wangon menjadi kripik singkong dengan berbagai varian renyah rasa seperti jagung bakar, jagung manis, keju, balado. Karena kriuknya, Edi yang juga seorang sekertaris di desanya menamainya dengan Sriping Tela Ne.

Saat ditemui kediamannya, Sabtu 12 Juni 2021 mengisahkan awal membuat usaha sriping Tela Ne. Semula hanya mencoba membuat secara terbatas untuk dinikmati sendiri dan dibagikan pada tetangga. Namun sebagian tetangganya merasakan gurih dan renyah rasa kripik singkongnya, bahkan rasa singkongnya enak.

Berawal dari situ, Edi mulai berpikir untuk memulai usaha. Maka pada awal Agustus 2019 mulai mencoba semua jenis singkong dari berbagai wilayah. Dan ternyata yang pas adalah singkong berasal dari daerah Karanglewas, Purwokerto.

Awal membuat saya mencoba singkong dari berbagai daerah di Banyumas, dan akhirnya ketemu singkong jenis "Marjoko" dari Karanglewas," kenang Edi.

Hingga kini produksi Tela Ne Edi telah mencapai 2,5 kuintal setiap harinya. Untuk memproduksinya, Edi mempekerjakan karyawan sebanyak 8 orang. Ada yang bagian mengupas singkong, membersihkan, merendam, menggoreng, dan mengemas hingga menjadi beberapa varian rasa. Bahkan Edi saat ini telah mempunyai bagian khusus penjualan.

"Semua pekerjanya adalah tetangga, dan merek semua punya bagian tugas masing masing. Alhamdulillah dari usaha ini bisa memberdayakan lapangan kerja," katanya.

Ia menambahkan untuk menggoreng sriping Tela Ne membutuhkan minyak goreng sebanyak 20 kg, masing masing untuk menggoreng tahap pertama dan menggoreng tahap kering. Sedang setiap harinya dibutuhkan minimal 250 kg singkong untuk menghasilkan 80 kg sriping Tela Ne siap saji. "Untuk menjaga kualitas rasa dan tekstur minyak goreng harus selalu baru," katanya.

Sriping Tela Ne saat ini sudah menyebar ke luar kota seperti Cilacap, Banjarnegara, Purbalingga, Pekalongan, Jakarta, Jogja bahkan ada warga Desa Rawaheng yang pulang dari Jepang saat kembali lagi ke Negeri Sakura, Tela Ne dijadikan oleh oleh ke Jepang.

"Dulu pernah ada warga sini yang merantau di Jepang, dan saat akan kembali kesana, Ia membawa oleh oleh Tela Ne ini," katanya. 

Editor: Cokie Sutrisno


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x