Jadi Destinasi Puncak G20, UMKM Bali Pegang Teguh Tradisi Sambil Perkuat Digitalisasi

- 7 Maret 2022, 20:05 WIB
Jadi Destinasi Puncak G20, UMKM Bali Pegang Teguh Tradisi Sambil Perkuat Digitalisasi. / Istimewa
Jadi Destinasi Puncak G20, UMKM Bali Pegang Teguh Tradisi Sambil Perkuat Digitalisasi. / Istimewa /


LENSA BANYUMAS - Acara puncak presidensi G20 di Indonesia pada tahun 2022 telah memilih Bali sebagai destinasi puncak forum multilateral 19 negara utama dan Uni Eropa tersebut.

Telah lama dikenal sebagai surga pariwisata, Bali juga menyimpan ragam potensi ekonomi dari sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).

Geliat ekonomi Bali itu beriringan dengan kearifan lokal yang masih dijunjung tinggi oleh masyarakatnya.

Selain itu, Bali juga dianggap memenuhi standar Meeting, Incentive, Convention, Exhibition (MICE) serta lolos penilaian panitia G20 multinasional untuk menjadi tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20.

Baca Juga: Apa itu Side Hustle dan Bentuk Investasi Terbaik Untuk Anak Muda, Ini Penjelasannya

Forum yang menjadi ajang ‘unjuk gigi’ perekonomian Indonesia itu mendapat dukungan dari PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Sebagai Agent of Development, BRI senantiasa mengantar UMKM yang merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia untuk terus tumbuh dan naik kelas.

Direktur Kepatuhan BRI yang sekaligus merupakan Direktur Pembina BRI Regional Office Denpasar Achmad Solichin Lutfiyanto mengatakan, UMKM Bali memiliki karakteristik khusus karena berhasil membuat kegiatan ekonomi dan kearifan lokal berjalan beriringan.

Maka dari itu, Solichin menyebut dukungan penuh perusahaan terhadap UMKM Bali diibaratkannya dengan pepatah “sekali dayung, dua pulau terlewati.”

Pasalnya, dukungan itu dapat berimplikasi pada peningkatan skala bisnis dan kesejahteraan pelaku UMKM sekaligus memperluas kearifan lokal Bali agar semakin dikenal oleh masyarakat luas.

Keunikan ini juga dapat menjadi daya tarik bagi delegasi G20.

“Kami melihat sektor UMKM di Bali begitu unik, pelaku usaha dapat memberikan value added atas produknya dan tentu saja disertai dengan ragam budayanya yang menarik. Yang kami harapkan adalah dengan peningkatan produktivitas dan pemasaran yang kian luas, produk yang kental akan local wisdom-nya itu bisa semakin dikenali oleh masyarakat domestik dan mancanegara,” kata Solichin dalam rilisnya, Senin 7 Maret 2022.

Menurutnya, upaya BRI dalam menumbuhkembangkan UMKM, khususnya segmen mikro, tercermin dari meningkatnya alokasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Bali, Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi Rp12,3 triliun pada 2022 atau setara 4,73 persen dari alokasi total KUR BRI tahun ini yang sebesar Rp 260 triliun.

Pada tahun lalu, BRI menyalurkan KUR Mikro di Bali, NTT, dan NTB sebesar Rp 9,2 triliun atau 102,16 persen dari alokasi yang ditetapkan.

Sebanyak 341.390 orang masyarakat di Bali, NTB, dan NTT telah menikmati KUR Mikro BRI sepanjang 2021 dan didominasi sektor produktif sebesar 47 persen.

Misi membawa kebudayaan Bali semakin dikagumi khalayak internasional ini dibawa oleh I Wayan Pande Sumantra, pemilik usaha Sinar Pande Rumah Wayang Kamasan.

Mengawali usaha dengan kucuran modal dari BRI senilai Rp 3 juta pada 1997, usaha sekaligus cara Sumantra melestarikan budaya ini telah meningkat pesat.

Ditopang oleh digitalisasi usaha, Sinar Pande Rumah Wayang Kamasan kini secara konsisten berhasil melakukan ekspansi.

Hal ini ditunjukkan dengan keputusan Sumantra menarik KUR senilai Rp 50 juta untuk mendongkrak produktivitas.

Melalui perhelatan G20, Sumantra yakin dapat membuat khalayak internasional kepincut dengan produk budaya Bali tersebut.

Bahkan, produk dari usaha Sinar Pande Rumah Wayang Kamasan telah dipasarkan hingga ke pasar Asia dan Eropa.

"Wayang Kamasan sekarang digemari oleh kolektor. Di Bali banyak yang beli untuk ditempatkan di vila atau hotel. Beberapa kali juga kami menerima pesanan dari turis serta terus berusaha melestarikan warisan budaya Bali ini pada generasi selanjutnya,"ungkap Sumantra.

Sementara itu, tidak ada yang menyangka, kepiawaian I Komang Mahayana dalam membuat kerajinan uang kepeng yang biasa digunakan dalam kegiatan adat dapat mendatangkan berkah bagi dirinya.

Keinginannya untuk mempermudah masyarakat Hindu di Bali dalam melakukan kegiatan peribadatan serta jiwa wirausaha yang tinggi mendorongnya untuk banting setir dari pegawai swasta menjadi pengusaha.

Pada 2016, dirinya mengawali usaha yang diberi nama Mahaayu Yadnya dengan injeksi modal dari program KUR BRI sebesar Rp 25 juta.

Pesanan yang membanjir membuat ia merasa perlu kembali menarik modal.

Tak pelak, BRI pun senantiasa hadir dan membantu pelaku usaha untuk naik kelas.

Uang kepeng biasanya digunakan untuk upacara adat, menurut Komang ini adalah sumber utama pemesanan kerajinan uang kepeng dan patung-patungnya.

Namun sekarang produknya juga banyak dipakai untuk koleksi dan aksesoris, sehingga berpotensi memperluas pangsa pasar.

Di tahun ini, I Komang Kembali menerima pembiayaan dari BRI senilai Rp 100 juta yang akan digunakan untuk renovasi dan perluasan tempat produksi.

“Upacara adat akan selalu ada, sehingga pesanan kerajinan uang kepeng tidak akan hilang. Sekarang bahkan kerajinan uang kepeng dan patung banyak dibeli untuk aksesoris, misalnya untuk cottage di Ubud saya punya pelanggan,” kata I Komang.

I Komang pun berharap momentum G20 dapat membuka mata wisatawan mancanegara bahwa uang kepeng dan patung tidak hanya dapat menjadi simbol dalam upacara adat.

Lebih dari itu, produk itu memiliki nilai estetika, budaya, dan ekonomi yang tinggi.

“Semoga acara-acara internasional seperti ini bisa mengangkat kerajinan khas Bali, melalui pameran misalnya. Sebab peminat hasil kesenian Bali tidak hanya masyarakat lokal,” imbuh dia.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: BRI


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x