Kisah Penderita Gagal Ginjal Menatap Masa Depan Yang Lebih Baik

- 15 Maret 2021, 12:20 WIB
Penderita Gagal Ginjal Kronik, Stefanus Meilarius dan istrinya Christina./ kcpdi.org
Penderita Gagal Ginjal Kronik, Stefanus Meilarius dan istrinya Christina./ kcpdi.org /

Lensa Banyumas - “Stef, kayanya gagal ginjal nggak bisa sembuh ya. Masa depan kita buruk, nggak ada harapan, gimana kalau Desember nanti tidak ada perubahan, kita sama-sama akhiri hidup saja saja,” kata Christina kepada suami tercinta, Stefanus Meilarius, September 2019. 

Pikiran Christina Tri Windarwati kalut. Badannya lemah. Dia depresi dan jatuh lebih dalam dari segala cobaan yang pernah diterima selama hidup. Menjadi pendamping seorang yang divonis mengalami gagal ginjal kronik bukanlah perkara mudah.

Semuanya bermula dari dua bulan sebelum hari dimana ia merencanakan mengakhiri hidup bersama suaminya.

Baca Juga: Pembawa Acara Ramzi Gabung Nasdem, Menambah Daftar Panjang Deretan Artis Berpolitik

Rumah tangga Crhristina dengan Stafenus berjalan baik-baik saja. Riak-riak kecil dalam hubungan rumah tangga selalu dilewati bersama-sama. Sampai akhirnya pada Agustus 2019, Stefanus divonis sakit gagal ginjal, Christina masih ikhlas menerima. 

Kesehatan Stefanus pelan-pelan melemah. Stefanus harus menanggalkan pekerjaannya sebagai wartawan di salah satu media di Indonesia. Sementara Christina pun hanya ibu rumah tangga. Keduanya hanya bisa mengandalkan uang tabungan yang dirasa hanya cukup untuk satu tahun ke depan.

“Saya bilang lagi ‘gimana? Aku duluan yang mati apa kamu duluan yang mati?’” tanya Christina penuh emosional.

Bahkan ajakan mengakhiri hidup, Christina sudah dipikirkan matang-matang. Dia berencana mencampurkan racun di makanan untuk mengakhiri kisah hidupnya bersama suami tercintanya, Stefanus.

“Terserah kamu deh, kalau mau mati ya kita mati,” jawab Stefanus terbata-bata.

Halaman:

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Kpcdi.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

x