Limbah Masker dan Limbah Medis Berdampak Pada Lingkungan, Ini Kata Peneliti

- 3 Februari 2022, 22:33 WIB
Dampak mikroplastik dari limbah masker di lingkungan. / pexels /  Ryutaro Tsukata
Dampak mikroplastik dari limbah masker di lingkungan. / pexels / Ryutaro Tsukata /

LENSA BANYUMAS - Limbah medis seperti masker yang terurai di lingkungan bisa menjadi mikroplastik yang menjadi vektor bakteri.

Disisi lain, limba medis masker juga mempunyai potensi mengandung berbagai bakteri yang mudah menular seperti TBC dan sejenisnya.

"Ketika dibuang ke perairan atau ke lingkungan itu juga bisa ikut bakterinya dan selain itu masker bahannya dari plastik dan bisa terurai di alam. Maksudnya terurai bukan hilang begitu saja tapi jadi partikel yang lebih kecil dinamakan mikroplastik," kata Eka Chlara Budiarti, Peneliti dari ECOTON dilansir Lensa Banyumas.Pikiran-Rakyat.com dari Antara, Kamis 3 Februari 2022.

Dengan ukuran yang sangat kecil mikroplastik itu, kata Eka, dapat larut di ekosistem perairan yang memiliki banyak biota dan terkadang dimanfaatkan oleh manusia untuk berbagai keperluan.

Baca Juga: Terpilih Jadi Ketum PB Perkemi, Agus Setiadji Diharapkan Perjuangkan Kempo Ditandingkan Di SEA Games 2023

Tidak hanya itu, mikroplastik juga bisa menjadi vektor bakteri.

"Mikroplastik bisa menggandeng bakteri karena mikroplastik bisa mengikat polutan. Polutan itu baik untuk tumbuh kembang biak bakteri jadi bisa sekaligus mengikat atau membawa dari si bakteri itu sendiri," rincinya.

Tidak hanya masker, limbah medis lain yang bocor ke lingkungan juga perlu diwaspadai karena berpotensi masih membawa bakteri atau virus.

Bakteri dan virus yang berada di limbah tersebut dapat berpindah dan menjadi toleran terhadap lingkungan.

Kebocoran limbah medis seperti tes antigen yang dibuang ke perairan dan lingkungan dapat membuat virus atau bakteri dari limbah berpindah ke tempat lain yang ada di lingkungan, seperti kayu dan kapal jika kebocoran terjadi di perairan.

"Yang perlu diwaspadai itu bakteri-bakteri yang akhirnya toleran atau virus-virus yang masih toleran terhadap perairan itu berpindah," tegas Eka.

Hal itu penting mengingat pengelolaan limbah medis terutama yang bersifat infeksius dalam masa pandemi seperti saat ini dilakukan menggunakan insinerator atau autoklaf.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x