4 Fakta Sejarah dan Budaya Dalam Kuliner Gorontalo, Ini Penjelasan Antropolog Makanan Unpad dan Pelaku UMKM

- 17 Desember 2021, 09:39 WIB
Nasi Kuning, Tili’aya, telur rebus, dan pisang yang dibagikan kepada petani dan tetangga sekitar saat menghambur benih padi. /  Foto_ Zahra Khan (@bakulgoronto)
Nasi Kuning, Tili’aya, telur rebus, dan pisang yang dibagikan kepada petani dan tetangga sekitar saat menghambur benih padi. / Foto_ Zahra Khan (@bakulgoronto) /

“Sementara itu, makanan Arab menggunakan banyak sekali rempah aromatik, seperti kayu manis, jinten, dan ketumbar. Sejak masuknya Islam lewat bangsa Arab, banyak masakan Gorontalo yang kemudian juga menggunakan rempah dengan aroma yang kuat. Misalnya, Ayam Bakar Iloni (bumbu rempah), Kambing Bakar Balanga, dan Kuah Tabu Moitomo (sebutan lain Kuah Bugis). Ini juga menunjukkan bahwa makanan Gorontalo juga dipengaruhi daerah tetangga yang lebih dulu kedatangan bangsa Arab, seperti Bugis,"imbuh Zahra.

2. Kuliner Gorontalo di perayaan agama

Zahra menceritakan karena pengaruh Arab, maka sejumlah peringatan keagamaan pun dihiasi oleh makanan Gorontalo.

Misalnya, 12 Rabiul Awal, yang menjadi hari lahir Rasulullah, disimbolkan dengan pangan. Orang Gorontalo mensyukuri kelahiran Rasulullah dengan melakukan sedekah bumi berdasarkan hasil bumi yang dimiliki.

“Yang wajib ada adalah satu ekor ayam utuh, serta nasi kuning, putih, dan merah. Nasi putihnya pun bukan nasi putih biasa, melainkan Bilindi. Bilindi merupakan nasi yang dimasak dengan santan dan bumbu rempah, seperti pala dan cengkeh. Semacam kebuli tapi warnanya tidak terlalu cokelat. Nasinya dilengkapi dengan hati dan ampela ayam, serta suwiran ayam kampung,"jelasnya.

Sepanjang bulan Ramadan pun Tili’aya disajikan, terutama di keluarga yang masih memegang tradisi.

Biasanya Tili’aya disuguhkan saat sahur atau sesudah tarawih.

Karena terbuat dari telur bebek, gula merah, dan santan, maka Tili’aya dinilai mengandung protein yang tinggi dan berfungsi sebagai suplemen alami.

Apalagi, proses pembuatannya sederhana dan cepat, tidak memerlukan proses panjang, sehingga zat gizinya utuh.

"Karena itu, tepat disantap oleh orang yang berpuasa," ucap Zahra.

Halaman:

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Lensa Banyumas Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL)


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

x