Jeritan Peternak Ayam Petelur di Kendal: Harga Pakan Naik, Harga Telur Anjlok

12 September 2021, 19:15 WIB
Ketua Pinsar Jateng Suwardi (topi putih) dan Sekjen Koperasi Unggas Sejahtera Kendal, Sigit Purnomo (topi coklat). / Hanief Syailendra /

LENSA BANYUMAS - Di masa pendemi saat ini para peternak ayam petelur di Kabupaten Kendal menjerit, akibat dari naiknya harga pakan ternak yang bisa membuat usaha ternak ayam mereka gulung tikar.

Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Indonesia (Pinsar) Jawa Tengah Suwardi mengatakan, saat ini terjadi kenaikan harga pakan ternak, mulai Rp 6500 sampai Rp 6800 per kilogramnya.

Menurutnya, ini tidak sebanding dengan harga telur saat ini.

Baca Juga: Untuk Lindungi Kualitas dan Tingkatkan Nilai Ekonomi Tanaman Porang, Khofifah Larang Benih dan Bibit Dijual

Harga telur di on farm atau di kandang ayam Rp 15 ribu per kilogram di tingkat peternak.

"Sedangkan harga pakan selalu naik. Sehingga para peternak ayam telur terancam gulung tikar;" ujar Suwardi, hari Sabtu 11 September 2021.

Ia juga menyebutkan di Kabupaten Kendal ada 967 peternak ayam telur, dengan total jumlah ayam mencapai 9,6 juta ekor.

Dalam sehari produksi telur bisa mencapai 325 ton.

"Dengan turunnya harga telur, sedangkan harga pakan naik, para maka para peternak di Kendal dalam satu hari, bisa mengalami kerugian, total keseluruhan mencapai Rp 16 miliar," kata Suwardi menjelaskan.

Hal ini kata Suwardi, berdasarkan asumsi kalau harga pakan per kilo dikalikan tiga itu akan ketemu harga break even point atau BEP.

"Idealnya, harga telur mestinya Rp 19500 per kilogram. Namun kenyataan saat ini harga telur cuma Rp 15 ribu. Maka satu  kilogram telur peternak mengalami kerugian sekitar Rp 5000, dikalikan 325 ton, maka akan ketemu sekitar Rp 16 miliar," paparnya.

Ironisnya, harga telur di pasar tradisional masih tinggi, tidak ada   penurunan.

Harga kisaran Rp 20 ribu sampai Rp 22 ribu per kilogram.

Di tempat yang sama, Sekjen Koperasi Unggas Sejahtera Kendal, Sigit Purnomo mengemukakan, saat ini  banyak peternak  ayam telur yang mengurangi populasi sekitar 30 persen.

"Bahkan ayam usia 65 minggu sudah di afkir dini. Sehingga para peternak  tidak mengurangi karyawan, namun hanya mengurangi populasi. Jadi kalau masih bisa  bertahan, itu masih bagus," ungkap Sigit.

Ia berharap kepada pemerintah untuk memperhatikan nasib para  peternak.

"Selama ini, para  peternak juga sudah memberikan bantuan telur bagi nakes di tengah pandemi. Sehingga dengan adanya  campur tangan pemerintah, para peternak bisa bergairah lagi," pungkasnya.

Salah seorang pekerja ternak Ismari juga meminta pemerintah bisa  menaikkan harga telur.

Sebab jika para peternak gulung tikar; ia juga akan kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian untuk keluarga.

"Saat ini harga jagung pipilan untuk campuran pakan ternak, yang biasanya dijual Rp 4000 per kilogram kini naik menjadi Rp 6000 per kilogram," jelasnya.

Menurut Ismari, dampak naiknya harga pakan ini, akan berpengaruh dengan biaya produksi sekitar 70 persen.

"Bahkan peternak biasanya  menyetok pakan hingga satu bulan, namun karena kondisi harga jagung  naik maka ia hanya menyetok pakan untuk dua hari saja;" tukasnya.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Hanief Syailendra

Tags

Terkini

Terpopuler