Sebagai kerajinan tangan, noken di Papua identik dengan perempuan.
Dari tangan merekalah serat tumbuhan tersebut diolah dan dijalin dalam anyaman atau rajutan.
Biasanya noken dipakai sebagai wadah hasil kebun pasca panen, ditandai dengan ukurannya yang besar.
Sementara ukuran kecil digunakan sebagai wadah pinang dan sirih.
Penyebutan noken sendiri berbeda-beda hampir di setiap suku atau kelompok masyarakat di Papua.
Demikian juga bahan baku tumbuhan serat, pewarna bahkan proses pembuatannya bisa juga berbeda.
Misalnya saja, di beberapa kampung dampingan Yayasan WWF Indonesia di kabupaten Jayapura.
Jarak antara kampung Rhepang Muaif dan Kampung Sawesuma tidaklah jauh, sekitar 1,5 sampai 2 jam menggunakan kendaraan roda empat.
Tetapi penyebutan noken di kedua kampung tersebut berbeda.
Bukan itu saja, bahan baku, proses pembuatan dan hasil akhirnya pun memiliki perbedaan.