Ia mencontohkan sejumlah desa yang bahkan hanya mengganti cover laporan dengan tahun terkini, namun data di dalamnya masih sama seperti tahun sebelumnya.
“Ini menyebabkan banyak masalah, seperti contoh paling aktual adalah saat penyaluran bantuan sosial bagi warga miskin dan warga terdampak pandemi Covid-19,” lanjutnya.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Tak Kunjung Usai, ASN di Banyumas Harus Jadi Agen Pencegahan Covid-19
Baca Juga: Pertama di Indonesia, Bakal Calon Bupati Independen Jadi Tersangka di Rejang Lebong
Melalui program Desa Cantik, Widhi menuturkan fokus yang disasar BPS Wonosobo adalah agar nantinya Sistem Informasi Desa berbasis masyarakat benar-benar dapat dioptimalkan.
Diharapkan upaya itu bisa menghasilkan peningkatan kualitas hidup manusia, peningkatan kesejahteraan masyarakat, sampai pada upaya nyata penanggulangan kemiskinan.
“Untuk itulah, diperlukan penyelenggaraan statistik sektoral level desa, sesuai kaidah dan norma dalam sistem statistik nasional (SSN) yang pada muaranya akan dihasilkan data bersifat mikro, by name by address untuk perencanaan pembangunan desa yang tepat sasaran,” tandasnya.
Baca Juga: Hasil Swab Test Tambahan 199 Pedagang Negatif, Pasar Manis Purwokerto Tak Jadi Ditutup
Selain di Desa Lipursari, Bimtek serupa menurut Widhi telah digelar di empat desa lain yaitu, Andongsili, Kecamatan Mojotengah, Sendangsari Kecamatan Garung, Maduretno Kecamatan Kalikajar, dan Dieng Kecamatan Kejajar. Sejumlah desa lain, menurutnya juga tengah dalam upaya persiapan.***