Pejabat Tertinggi Keamanan Iran Sebut Serangan Udara AS Picu Terorisme Di Suriah Timur

- 27 Februari 2021, 18:27 WIB
Pemandangan le Penyeberangan perbatasan Irak-Suriah dan bangunan sebelum serangan udara, terlihat pada gambar satelit, 3 Februari 2021 yang disediakan oleh Maxar. Citra satelit Maxar Technologies./ REUTERS
Pemandangan le Penyeberangan perbatasan Irak-Suriah dan bangunan sebelum serangan udara, terlihat pada gambar satelit, 3 Februari 2021 yang disediakan oleh Maxar. Citra satelit Maxar Technologies./ REUTERS /

Lensa Banyumas - Pejabat Tertinggi Keamanan Iran Ali Shamkhani, mengatakan serangan udara Amerika Serikat pada hari Jumat lalu terhadap milisi yang didukung Iran di Suriah timur mendorong terorisme di wilayah tersebut.

"Tindakan Amerika baru-baru ini memperkuat dan memperluas aktivitas teroris Daesh (Negara Islam) di wilayah tersebut," kata Shamkhani, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran dikutip Lensa Banyumas-Pikiran Rakyat.com dari Reuters

Sedangkan Washington mengatakan serangan terhadap posisi kelompok paramiliter Kataib Hezbollah (KH) di sepanjang perbatasan Irak adalah sebagai tanggapan atas serangan roket terhadap sasaran AS di Irak.

Baca Juga: AS Lancarkan Aksi Serangan Balasan Ke Wilayah Milisi Dukungan Iran Di Suriah

"Serangan terhadap pasukan perlawanan anti-teroris adalah awal dari babak baru terorisme terorganisir," katanya

Menlu Irak Fuad Hussein dalam kunjungan keduanya ke Iran untuk bertemu dengan mitranya dari Iran Mohammad Javad Zarif.

Hussein berada di Iran "untuk membahas perkembangan regional, termasuk cara untuk menyeimbangkan hubungan dan menghindari ketegangan serta eskalasi" dengan pejabat Iran. 

Sementara, Seorang pejabat milisi Irak yang dekat dengan Iran menyebutksn serangan udara AS itu telah menewaskan satu pejuang dan melukai empat lainnya.

Namun menurut Pejabat AS, mereka memiliki ruang terbatas untuk menunjukkan bahwa pemerintahan Presiden Joe Biden akan bertindak tegas sambil mencoba menghindari eskalasi regional yang besar.

Halaman:

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Reuters


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

x