Modernisasi Alutsista TNI, Ketua Komisi I DPR RI: Fokuskan Pertahanan Nasional Pada Kekuatan Maritim

5 Mei 2021, 00:14 WIB
Meutya Hafid, Ketua Komisi I DPR RI. / Twitter@meutya_hafid /

LENSA BANYUMAS - Ketua Komisi I DPR RI Meutya Hafid menyatakan apa yang terjadi pada KRI Nanggala 402, tidak hanya menyayat hati teman-teman di TNI Angkatan Laut tapi merupakan sebuah tragedi bagi semua orang di seluruh rakyat Indonesia, ini merupakan suatu keprihatinan dan kesedihan bagi bangsa Indonesia semuanya.

"Sebagai Ketua Komisi I, saya mengucapkan duka cita yang mendalam kepada prajurit terbaik kita yang telah gugur dalam menunaikan tugas mereka di KRI Nanggala 402, Kiranya Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT memberikan tempat yang terbaik di Sisi-Nya bagi mereka semua," kata Meutya dalam akun Instagram TNI AL yang dilansir Lensa Banyumas-PIKIRAN RAKYAT.com, hari Selasa 4 Mei 2021.

Meutya Hafid juga menyampaikan bela sungkawa dari Komisi I DPR kepada keluarga korban awak KRI Nanggala 402 yang ditinggalkan dan berharap semua mereka selalu diberikan kekuatan dan ketabahan dalam melewati cobaan ini.

Baca Juga: Untuk Hormati 53 Awak KRI Nanggala-402, TNI AL Gelar Upacara Tabur Bunga

"Kami, Komisi I menyambut baik rencana pemerintah untuk memberikan tunjangan khusus di bidang pendidikan bagi anak-anak maupun keluarga korban dari KRI Nanggala 402," ujarnya.

Dan Komisi I DPR, kata Meutya, dalam hal ini sudah barang tentu merupakan tugas pihaknya bersama pemerintah untuk melakukan pembenahan terhadap alutsista.

"Dan kami di Komisi I sangat berkomitmen tidak hanya untuk mendukung modernisasi dan pembenahan alutsista TNI namun tentu juga untuk mencapai minimum essential force dan memiliki kemampuan yang tidak kalah dengan negara lain," ucap Meutya.

Selain itu, lanjut Meutya, Komis I DPR juga terus berkomitmen untuk mendukung penggunaan alutsista yang layak dan aman bagi prajurit-prajurit TNI.

"Dan oleh karena itu, kita akan terus mendukung mitra kerja kami dalam hal ini Kementerian Pertahanan, TNI termasuk tentunya TNI AL dalam melakukan pembenahan dan modernisasi terhadap alutsista kita," tandasnya.

Meutya menyebutkan para awak KRI Nanggala 402 bukan hanya prajurit-prajurit terbaik yang dimilik TNI AL, namun juga prajurit yang setia pada sumpahnya dan menjalankan tugasnya sampai akhir.

"Ada banyak sekali kata untuk mereka dan saya rasa mereka bukan hanya prajurit-prajurit terbaik yang dimiliki oleh TNI AL, namun juga prajurit yang setia pada sumpah jabatan, mampu menjelaskan dan menjalankan tugas mereka sampai akhir. mereka adalah contoh dari perwujudan cinta terhadap Ibu Pertiwi kepada Nusa Bangsa," pungkasnya.

Baginya, KRI Nanggala 402 akan selalu dikenang sebagai Pahlawan-Pahlawan Bangsa yang mengajarkan bangsa Indonesia tentang cinta, bakti dan ketabahannya kepada Tanah Air hingga akhir.

"Dan bagi saya, KRI Nanggala 402 tentu akan selalu kita kenang dalam hati kita mereka adalah pahlawan-pahlawan bangsa yang mengajarkan kita semua bahwa di era modern seperti saat ini masih ada manusia-manusia Indonesia, prajurit-prajurit yang betul-betul menunjukkan cintanya, baktinya, dan ketabahannya sampai akhir, bagi Bumi Pertiwi," ucap Meutya.

Kemudian Meutya menjelaskan, Indonesia sebagai negara kepulauan yang terbesar di dunia dimana Dunia Internasional sudah mengakui kondisi itu melalui UNCLOS 1982, maka tantangannya sekarang bagi Indonesia adalah menjaga wilayah laut yang luas itu dan sumber daya yang melimpah di dalamnya.

"Kita tahu Indonesia merupakan negara Kepulauan yang terbesar di dunia dan Dunia Internasional pun telah mengakui kondisi unik geografis Indonesia melalui sejumlah Hukum Internasional diantaranya seperti UNCLOS 1982, kita punya laut yang luas, kita diberkahi dengan sumber daya laut yang melimpah, namun demikian juga kita dihadapkan tentu dengan tantangan untuk menjaga wilayah laut yang luas dan juga sumber daya yang melimpah ini," urainya.

Karena itu, kata Meutya, Indonesia tidak dapat memisahkan keberadaan aspek geografis ini dari setiap unsur kehidupan berbangsa dan bernegara. 

"Kalau kita bicara mengenai konsepsi pertahanan maka konsep pertahanan nasional mengingat Indonesia negara kepulauan sebagaimana saya sampaikan tadi, artinya pertahanan juga harus kita lakukan terdepan di bidang maritim," tegas Meutya.

Sehingga TNI AL harus dikuatkan untuk menjaga Indonesia dari berbagai tantangan dan potensi-potensi pelanggaran kedaulatan.

"Jadi untuk TNI AL tentu harus kita kuatkan dan Komisi I akan selalu mendorong mitra kerja kami khususnya TNI dan terkhusus lagi TNI AL untuk dilengkapi dengan seluruh kemampuan, seluruh SDM yang mampu menjaga Indonesia dari berbagai tantangan dan potensi-potensi pelanggaran baik itu di laut maupun pelanggaran-pelanggaran kedaulatan lainnya," sebut Meutya.

Jadi hal itu, kata Meutya, adalah formulasi yang paling tepat untuk memfokuskan pertahanan nasional atau memfokuskan kepada kekuatan maritim bagi Indonesia.

"Jalesveva Jayamahe justru di laut kita jaya," tutup Meutya.***

 

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: TNI AL

Tags

Terkini

Terpopuler