Peluang Prabowo dan Gerindra di Pilpres 2024 Bisa Berantakan Karena Mengekor ke Jokowi

11 Agustus 2020, 13:02 WIB
Peluang Prabowo di Pilpres 2024 ambruk lantaran lengket dengan pemerintah. Foto : Setneg /

 

Lensa Banyumas - Jawaban Ketum Partai Gerindra, Prabowo Subianto soal kesiapan maju sebagai calon presiden di Pilpres 2024 atas keinginan sejumlah kader di KLB Gerindra, masih menjadi teka-teki.

Seakan ragu, Prabowo Subianto tidak menjawab dengan tegas siap atau tidak maju menjadi capres kembali, seperti dikatakan Andre Rosiade.

Prabowo hanya akan membahas soal Pilpres 2024 satu atau satu setengah tahun menjelang pelaksanaan Pilpres. Membahas pencapresan saat ini dinilainya masih terlalu dini.

Baca Juga: Lirik Lagu 'Kulepas Dengan Ikhlas' Lesty Kejora untuk Lepas Rizki DA

Berbeda dengan yang diungkapkan Prabowo dalam Rapimnas Partai Gerindra pada Kamis 4 Juni 2020. Di kesempatan itu Prabowo menyatakan dengan tegas siap maju menjadi Capres di Pilpres 2024 jika diminta oleh kadernya.

Sejumlah survei memang mengabarkan optimisme, Prabowo Subianto menjadi calon kandidat presiden terkuat di antara nama lainnya seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ridwan Kamil.

Meski secara survei moncer, namun pencalonan kembali Prabowo Subianto di Pilpres 2024 diperkirakan harus melewati jalan terjal yang kemungkinan sulit dilewati. Apa saja?

Baca Juga: Trending Google! Ini Lirik Lagu Paparazzi dari Lady Gaga

Berubahnya Peta Politik

Peta politik di Pilpres 2024 diprediksi sejumlah kalangan akan berubah total. Tidak akan ada polarisasi lagi karena peluang partai mengusung sejumlah calon terbuka.

Rival Jokowi di Pilpres 2014 dan 2019 ini mesti mengkalkulasi dan membaca peta politik yang diperkirakan akan berubah drastis itu.

Selain Gerindra, di Pilpres 2019 ada empat partai lain yakni PAN, PKS, Demokrat, dan Berkarya.

Dimungkinkan, akan ada perubahan peta koalisi besar-besaran jika Demokrat atau PAN bahkan PKS mengajukan atau mendukung sosok yang sedang naik daun, seperti AHY, Sandiaga, atau Anies Baswedan.

Baca Juga: Simak! Jadwal SIM Keliling Banyumas Agustus 2020

Bahkan ada kabar UAS dan Habib Rizieq akan diusung oleh sebuah kelompok untuk maju di Pilpres 2024 mendatang.

Ada beberapa kemungkinan langkah-langkah yang sedang dan akan diambil Prabowo Subianto melihat peta politik yang mulai bergeser ini.

Bisa jadi, saat ini Prabowo tengah menyusun strategi dan menunggu waktu yang tepat untuk masuk secara halus dan kembali memainkan bola politik dengan baik di Pilpres nanti sembari menunggu hasil Pilkada 2020.

Salah satunya mencari dukungan dari parpol lain yang punya suara dan dukungan cukup baik selain PAN, PKS, dan Demokrat yakni PKB, PPP, dan Nasdem.

Baca Juga: Selamat, Papa Bear, CEO Big Hit Berulang Tahun ke-48

Kompetisi dengan Golkar dan PDIP

Pada Pemilu 2019, secara angka peluang Gerindra dan koleganya masih jauh karena hanya mampu masuk menjadi partai kelas menengah dan bawah dengan capaian di bawah 12 persen.

Di samping dan atas Gerindra, ada PDIP dengan 19 persen dan Golkar 12 persen yang kemungkinan akan tetap menjadi pemuncak, terbesar pertama dan kedua di Pilpres mendatang.

Apalagi selisih persentase dengan PDIP yang cukup jauh di atas 7 persen.

Salah satu peluangnya adalah ketika Gerindra bergabung dengan PDIP atau Golkar ditambah partai lain yang mau mengajukan Prabowo sebagai Capres.

Meski kemungkinannya kecil karena PDIP terutama, pasti sudah menyimpan stok kader yang akan strike di pencapresan.

Seperti Ganjar Pranowo, Puan Maharani, atau Tri Rismaharini bahkan Gibran Rakabuming Raka anak Jokowi.

Baca Juga: Dukung Piala Dunia FIFA U-21 2021, Kementerian PUPR Segera Benahi Venue Stadion I Wayan Dipta

Gerindra Bukan Pemain Kunci di Pilkada

Sementara di Pilkada 2020, peluang Gerindra juga cukup lemah karena belum mampu menempatkan mayoritas kader terbaiknya di pencalonan kepala daerah.

Jika Golkar dan PDIP sukses di Pilkada 2020, peluang Prabowo dan Gerindra semakin melemah.

Kepercayaan diri Golkar dan PDIP yang akan memenangkan 60 persen suara di Pilkada, juga belum direspon dengan baik oleh Gerindra.

Pada KLB di Hambalang 8 Agustus lalu, Prabowo hanya meminta kadernya berlaku lurus dan menjaga marwah demokrasi. Nyaris tak ada pembicaraan berapa angka target Gerindra pada Pilkada 2020.

Baca Juga: Pemerintah Desa Lipursari Wonosobo Kian Serius Jadi Pelopor Desa Cinta Statistik

Perubahan Dukungan PA 212

Perubahan arah dukungan juga terjadi di PA 212 dan barisan Ijtimak Ulama.

Beberapa hari lalu, Ketum PA 212 Slamet Maarif menegaskan masa 'segar' untuk Prabowo Subianto sudah usai, termasuk dukungannya jika ia maju kembali di Pilpres.

Menurut Slamet, Pilpres 2024 menjadi peluang untuk anak muda atau tokoh muda yang masih segar, punya pengalaman dan wawasan meski secara eksplisit memang tidak disebutkan.

Lengket dengan Jokowi

Sementara faktor lain yang cukup mengejutkan terkait melemahnya peluang Prabowo dan Gerindra di Pilres 2024 nanti salah satunya yakni karena mengekor ke pemerintah yang dipimpin Presiden Jokowi.

Pakar politik dan hukum dari Universitas Nasional Jakarta, Saiful Anam, menilai peluang Prabowo tak akan mulus.

Masyarakat kecewa karena Prabowo yang didukung mati-matian di Pilpres 2019 berbalik arah mendekat ke pemerintah.

Menurut Saiful peluang Prabowo terlalu berat bahkan ketia berkoalisi dengan PDIP sekalipun.

"Tidak mungkin PDIP akan mencalonkan calon yang berpotensi kalah, selain itu pasti dia akan memprioritaskan kadernya sendiri,” kata Saiful dikutip dari pikiran-rakyat.***

Editor: Agus Riyanto

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler