Imam Masjid New York: Mantan Presiden Bill Clinton Kagum Dengan Kehidupan Beragama di Indonesia

- 9 Maret 2021, 22:18 WIB
Imam Masjid New York Shamsi Ali Bertemu Menag Yaqut Cholil Qoumas di Kantor Kemenag Jakarta. / Kemenag.go.id
Imam Masjid New York Shamsi Ali Bertemu Menag Yaqut Cholil Qoumas di Kantor Kemenag Jakarta. / Kemenag.go.id /

Lensa Banyumas - Imam Masjid New York Shamsi Ali mengatakan, banyak masyarakat Amerika Serikat yang mengagumi kehidupan beragama di Indonesia, tak terkecuali mantan Presiden Bill Clinton.

Hal ini diungkapkannya saat bertemu Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas di Kantor Kementerian Agama, Jakarta, hari Selasa 9 Maret 2021. 

"Bahkan Clinton sempat menyatakan kekagumannya terhadap Kementerian Agama Republik Indonesia,"kata Shamsi Ali seperti dikutip Lensa Banyumas-Pikiran Rakyat.com dari laman resmi Kementerian Agama: kemenag.go.id.

Menurutnya, peristiwa itu terjadi kala dirinya tengah menjadi narasumber dalam sebuah dialog antar agama di negeri paman sam tersebut.

Baca Juga: Benarkah Perempuan Merasakan Dampak Lebih Besar dari Pandemi Covid 19, Cek Faktanya

"Kebetulan moderatornya adalah Chelsea Clinton. Sang ayah datang untuk memberikan dukungan kepada Chelsea. Tapi kami yang ada di panggung pun tidak tahu kehadiran beliau," ungkap pria kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini. 

Bahkan seusai acara, mantan Presiden Bill Clinton mendekati Shamsi dan bertanya asal Shamsi.

"Usai acara, beliau menghampiri saya dan bertanya. 'Kamu dari Indonesia? Wah Indonesia bagus. Di sana ada Kementerian Agama yang bertugas mengurus kebutuhan kelompok agama minoritas," kisahnya.

Kemudian Shamsi menjelaskan, bahwa Kemenag mengurus seluruh umat beragama, bukan hanya kelompok minoritas saja.

Kepada Menag, dia juga mengisahkan bagaimana perjuangannya sebagai seorang muslim di negeri asing, dan juga menceritakan pengalamannya saat pertama kali bertemu tokoh Yahudi Rabbi March Schneier.

"Saat pertama kali bertemu, beliau tidak mau salaman dengan saya. Tapi saya ingat, sebagai muslim kita harus mengutamakan akhlak. Sehingga tetap bersikap santun. Setelah banyak berdialog, saya malah akhirnya menyusun buku bersama dengan Rabbi Marc," cerita Shamsi yang kemudian mendirikan Yayasan Nusantara (Nusantara Foundation) di Amerika.

Saat ini, kata Shamsi, buku berjudul Sons of Abraham: A Candid Conversation about the Issues That Divide and Unite Jews and Muslims hasil karyanya dengan Rabbi March telah dicetak dalam beberapa bahasa, termasuk Indonesia. 

"Perlu kedewasaan dalam beragama. Sehingga dapat saling menerima dengan pemeluk agama lain. Pelajaran ini saya peroleh saat berada di Amerika," tandas tokoh yang dikenal cukup aktif dalam komunikasi antar agama di Amerika ini. 

Dia menilai proses pendewasaan ini perlu terus dibangun. Salah satunya dengan membuka dialog lintas agama.

Sebagai usaha untuk menyebarkan Islam Rahmatan Lil 'Alamin di Amerika, Shamsi Ali menyampaikan dirinya tengah membangun sebuah pesantren.

"Kami namakan Pesantren Nusantara Madani," jelas Shamsi. 

Sementara itu, Menag Yaqut amat terkesan mendengar kisah Shamsi Ali. Dan kiprah Shamsi Ali di negeri Paman Sam dinilai telah menunjukkan wujud muslim Indonesia yang toleran dan ramah. Hal ini ternyata untuk menjadikannya mudah diterima di berbagai komunitas lintas agama.

"Kemudian amat menarik sekali ada pesantren di sana. Semoga dapat menginspirasi banyak pihak. Kementerian Agama sangat terbuka. Bila ada yang bisa kami bantu untuk kebutuhan umat di sana, silakan coba sampaikan kepada kami," pungkas Menag Yaqut.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Kemenag


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah