Sarapan Penting Bagi Kesehatan Tubuh, Ini Kata Pakar Gizi UGM

25 Februari 2022, 20:47 WIB
Sarapan Penting Bagi Kesehatan Tubuh, Ini Kata Pakar Gizi UGM./ pexels / Mikhail Nilov /

LENSA BANYUMAS - Sarapan pagi menjadi waktu makan yang sering terabaikan bagi kebanyakan orang.

Beragam alasan melewatkan sarapan mulai dari tidak sempat hingga tidak terbiasa sarapan.

Padahal, banyak manfaat dari sarapan dan penting bagi tubuh kita.

Sebagaimana dibagikan oleh Ahli Gizi UGM Dr Mirza Hapsari melalui laman resmi UGM yang dilansir Lensa Banyumas.Pikiran-Rakyat.com, Jumat 25 Februari 2022, dijelaskan sarapan penting untuk dilakukan.

Baca Juga: Ingin Menjadi Pemain Sepak Bola Handal, Ini Dia Tipsnya

Salah satunya, sarapan menjadi sumber energi atau penyedia bahan bakar bagi tubuh untuk beraktivitas di siang hari.

“Kalau habis tidur 8 jam tidak makan dan minum otomatis kadar glukosa dalam tubuh rendah. Jika tidak mengonsumsi makanan setelah bangun tidur makan akan lemas karena tidak akan bahan bakar yang masuk,"kata Mirza.

Dia menyebutkan sarapan adalah makanan yang tidak akan pernah disimpan dalam tubuh sebagai lemak karena digunakan untuk beraktivitas.

Dengan begitu, bagi orang yang ingin menjaga berat badan tidak perlu melewatkan sarapan dan khawatir berat badan akan naik karena sarapan pagi.

Pasalnya, jika melewatkan sarapan menjadikan tingkat lapar menjadi lebih besar saat waktu makan siang dan sore.

Asupan makanan saat makan siang dan sore menjadi lebih banyak, sementara aktivitas cenderung berkurang atau tidak sepadat saat pagi hari sehingga akan menjadi simpanan lemak.

Manfaat dari sarapan yaitu :

1. Menjadi sumber energi bagi otak sehingga meningkatkan fungsi kognitif dan konsentrasi.

Sebaliknya jika tidak sarapan maka fungsi kognitif otak berkurang.

 

2. Mampu menjaga suasana hati atau mood.

Sarapan menjadi bahan energi yang membuat kondisi otak segar sehingga menjadikan mood bagus.

Sebaliknya jika berada dalam kondisi lapar menjadikan otak lelah dan memengaruhi mood saat belajar atau beraktivitas menjadi lesu ataupun mudah emosi.

 

3. Mencegah penyakit maag.

Dengan sarapan lambung akan terisi makanan yang akan menetralisir asam lambung.

Apabila lambung kosong terlalu lama akan meningkatkan asam lambung dan jika ini terus dibiarkan akan memicu mual dan muntah.

 

Mirza kembali mengimbau masyarakat untuk tidak melewatkan sarapan pagi.

Karena, tidak hanya berpengaruh pada tubuh dan otak dalam jangka pendek, tetapi ada ancaman jangka panjang yang mengintai jika terlalu sering mengabaikan sarapan.

Mirza juga menjelaskan orang yang sering melewatkan sarapan lebih berisiko terkena penyakit jantung koroner.

Dari riset terdahulu disebutkan bahwa orang dalam rentang usia 45-82 tahun yang melewatkan sarapan berisiko lebih tinggi terkena jantung koroner.

“Riset ini sudah berlangsung selama 16 tahun sehingga menunjukkan jika risiko tersebut tidak main-main,” terang Dosen Departemen Gizi Kesehatan FKKMK UGM itu.

Apabila seseorang memiliki jantung koroner, lebih berisiko terhadap serangan jantung.

Selain itu, kebiasaan melewatkan sarapan akan memicu obesitas yang akan memicu munculnya penyakit-penyakit lainnya.

Tidak sarapan menjadikan tingkat lapar tinggi dan akan makan dengan kalap dalam porsi yang tidak terkontrol di siang atau malam harinya.

Selain itu, kecenderungan makanan yang dipilih adalah makanan cepat konsumsi yang tinggi lemak yang akan memicu diabetes, darah tinggi, serta serangan jantung.

Risiko lain adalah terkena kanker.

Dengan melewatkan sarapan akan menyebabkan keseimbangan metabolisme dalam tubuh.

Adanya gangguan metabolik dalam tubuh ini dapat menyebabkan tubuh berlebih atau kekurangan zat penting untuk kebutuhan sel tubuh sehingga meningkatkan risiko terkena kanker.

Melewatkan sarapan bisa menurunkan fungsi otak. Penurunan fungsi kognitif yang biasanya terjadi salah satunya demensia.

“Sarapan harus dipertahankan sebagai sebuah kebiasaan  dan juga diperbaiki karena dampaknya akan terasa dalam jangka panjang. Hal tersebut menjadian rentan terhadap masalah kesehatan yang berhubungan dengan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia,” kata Mirza.

Untuk penentuan jam waktu makan, telah dikaji tidak hanya berdasarkan kebiasaan saja.

Namun, terdapat kajian ilmiah yang dilakukan berdasarkan jumlah energi yang digunakan (energy expenditure ) selama 24 jam seseorang melakukan kegiatan.

Energy expenditure akan meningkat kebutuhannya seiring berjalannya waktu.

Saat siang hingga sore biasanya meningkat dan akan menurun perlahan saat malam hari.

Puncak kebutuhan energi berbeda-beda. Hal tersebut menjadi alasan mengapa waktu sarapan, makan siang, dan makan malam beda berdasar kebutuhan energi tubuh saat beraktivitas .

“Jam 6-9 waktu bagus untuk sarapan pagi dan idealnya antara jam 7-8, namun bisa disesuaikan dengan aktivitas. Jangan sampai lewat jam 9 karena sudah masuk persiapan pemenuhan kebutuhan makan siang,” ungkapnya.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: UGM

Tags

Terkini

Terpopuler