Sabuk Merah Sektor Timur, Ini Fasilitas Baru Masyarakat NTT dan Timor Leste

- 15 Februari 2021, 10:52 WIB
Sabuk Merah Sektor Timur yang dibangun Kementerian PUPR menghubungkan wilayah perbatasan NTT dan Timor Leste.
Sabuk Merah Sektor Timur yang dibangun Kementerian PUPR menghubungkan wilayah perbatasan NTT dan Timor Leste. /Twitter@kemenPU

 

LENSA BANYUMAS - Masyarakat di wilayah NTT (Nusa Tenggara Timur) dan Timor Leste kini memiliki fasilitas baru menyusul dibangunnya jalur jalan sepanjang 179,99 kilometer oleh Kementerian PUPR. Ruas jalan perbatasan yang dikenal dengan Sabuk Merah Sektor Timur ini membentang dari Kabupaten Belu hingga Kabupaten Malaka. Kehadiran jalan perbatasan ini diharapkan membuka keterisolasian wilayah, meningkatkan konektivitas, dan membentuk jalur-jalur logistik baru yang mendukung tumbuhnya embrio pusat-pusat pertumbuhan.

Cuitan twitter @KemenPU pada Senin, 15 Februari 2021 dan Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR seperti dikutip lensabanyumas.pikiran-rakyat.com menyebut, ruas jalan tersebut memiliki arti penting terutama bagi masyarakat di perbatasan yang terdapat perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jambu mete.

Dari 179,99 kilometer yang sudah tertangani dengan aspal hingga ditahun 2019 sepanjang 145,17 kilometer dan tahun 2020 bertambah menjadi sepanjang sekitar 164,57 kilometer. Sedangkan sisanya akan dituntaskan pada tahun 2021 ini.

Baca Juga: Jalan Rusak Warga Jateng Bisa Lapor Melalui Aplikasi Jalan Cantik

Direncanakan, disepanjang Jalan Sabuk Merah Sektor Timur ini akan dibangun sebanyak 41 buah jembatan dengan panjang 1.599 meter yang hingga tahun 2020 sudah terselesaikan sekitar 33 buah jembatan. Sisanya akan dituntaskan pada tahun 2021 ini. Semua bangunan jembatan tersebut menggunakan konstruksi rangka baja dengan bentangan rata-rata 60 meter.

Sebelumnya, Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) X Kupang, NTT Muktar Napitupulu mengatakan, proses pengerjaan jalan perbatasan Merah Sektor Timur terbagi dalam beberapa paket yang dikerjakan oleh beberapa kontraktor lokal dan nasional. "Pembangunan jalan perbatasan ini merupakan salah satu pekerjaan yang terkena rekomposisi alokasi anggaran 2020 untuk penanganan COVID-19," jelas Muktar.

Realokasi anggaran salah satunya dilakukan dengan mengubah paket Single Years (SYC) tahun 2020 menjadi paket-paket Tahun Jamak (MYC), seperti pada paket pembangunan jalan ruas Nualain - Henes yang berada di antara Motaain - Motamasin. “Alokasi semula dengan paket SYC tahun 2020 sebesar Rp53 miliar, diubah menjadi paket MYC tahun 2020 sebesar Rp35 miliar dan tahun 2021 sebesar Rp18 miliar,” ujar Muktar.

Sedangkan untuk Sabuk Merah di Sektor Barat di daerah Timur Tengah Utara (TTU) sepanjang 130,88 kilometer akan dilakukan pengelolaan Jalan Sabuk Merah di Sektor Timur yang telah terhubung. Jalan Sabuk Merah Perbatasan Indonesia - Timor Leste ini dinilai mempunyai arti penting karena akan menjadi akses pendekat ke garis perbatasan sehingga bisa memudahkan pengawasan garis perbatasan di dua negara tersebut. Tak hanya itu, Jalur Sabuk Merah dibangun untuk menghubungkan beberapa pos keamanan sepanjang PLBN Motaain dan PLBN Motamassin. Terpenting, pembangunan di pinggir Indonesia ini untuk mendukung perekonomian masyarakat setempat. Salah satu potensi ekonomi yang bisa mendukung adalah sektor pariwisata.***

Editor: Ady Purwadi

Sumber: Twitter@kemenPU


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x