Budidaya Ikan Nila Ala Inovasi dan Teknologi Susanto Di Sleman DIY

- 20 Maret 2021, 15:23 WIB
Budidaya Ikan Nila Ala Susanto di Sleman, DIY. / kkp.go.id
Budidaya Ikan Nila Ala Susanto di Sleman, DIY. / kkp.go.id /

 

LENSA BANYUMAS - Pembudidaya ikan nila asal Sleman DIY, Susanto berhasil meningkatkan produksinya dengan teknologi kincir yang dinamai "Sibudidikucir".

Menurut Susanto, sistem penggunaan kincir ia gunakan karena inovasi dan teknologi tidak bisa dipisahkan untuk memperoleh hasil panen yang maksimal dan bermutu.

Dikutip Lensa Banyumas-PIKIRAN RAKYAT.com dari laman Kementerian KKP: kkp.go.id, Susanto memilih budidaya ikan nila karena perawatannya yang praktis dan punya nila jual tinggi.

 

Selain itu, kata Susanto, ikan nila termasuk mudah untuk dibudidayakan sebab risiko kematiannya kecil. Dan pengelolaan kolam-kolam budidaya nila tidak membutuhkan banyak pekerja, sehingga bisa dikerjakan secara mandiri. 

Baca Juga: BPK RI Audit Dana Formula E, Ferdinad Hutahaean: Tangkap Anies Baswedan

“Tertarik budidaya nila karena praktis. Kemudian risikonya tidak terlalu besar, tenaganya juga enggak begitu banyak. Itu poin utama dari budidaya ikan disini. Ikan nila paling gampang untuk dibudidayakan karena risiko kematiannya kecil,” ungkap Susanto.

Dia menekuni budidaya nila sejak 1998 bersama tujuh rekannya yang tergabung dalam Kelompok Budidaya Mina Taruna Garongan. Lantaran fokus dan tak kenal menyerah, usaha mereka berhasil berkembang.

Kolam yang tadinya hanya delapan menjelma menjadi 104 titik. Begitupun dengan anggota kelompok budidaya bertambah menjadi 29 orang.

"Untung yang didapat menjadi pembudidaya terbilang tinggi. Dari setiap panen, Susanto bisa mengantongi Rp.15 juta per kolam. Sedangkan anggota kelompok di rentang Rp. 5 juta sampai Rp. 8 juta," ujarnya.

Namun, Susanto mengakui, sejak pandemi Covid-19 yang merebak pada bulan Maret 2020, sempat mempengaruhi usaha nila nya.

Ancaman naiknya harga pakan hingga hasil panen yang tak terserap, sempat membuatnya khawatir. Namun kekhawatiran Susanto itu berangsur-angsur hilang seiring permintaan yang terus datang dan harga pakan yang ternyata stabil.

"Ikan nila produksi kami sudah dipasarkan di berbagai tempat, baik secara eceran maupun skala besar. Pasarnya meliputi berbagai daerah di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan Provinsi Jawa Tengah," akunya.

Selain itu, Susanto juga banyak mendapat bantuan dari pemerintah melalui pembinaan, pendampingan, dan berbagai bantuan seperti kincir, dan pelatihan.

"Saya banyak dibantu oleh pemerintah seperti pembinaan, pendampingan, dan berbagai bentuk bantuan seperti kincir, bantuan induk, dan pelatihan. Saya berharap dukungan ini terus berlanjut," pungkasnya.

Sementara itu, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menyebutkan potensi lahan budidaya di Indonesia masih sangat luas, baik untuk komoditas air tawar, payau, juga laut.

Kemudian trend konsumsi hasil perikanan meningkat dari tahun ke tahun sehingga sub sektor ini menjanjikan nilai ekonomi yang tinggi.

Sejumlah program pun sudah disusun KKP untuk pengembangan perikanan budidaya tersebut.

Diantaranya pembangunan kampung-kampung budidaya, seperti Kampung Lele, Udang, Patin, hingga Kampung Kerapu yang prosesnya akan melibatkan elemen masyarakat dan pemerintah daerah.

Ada juga program Millenial Shrimp Farm (MSF) atau tambak udang milenial yang pengelolaannya sebagian besar menggunakan teknologi. MSF ini sangat cocok untuk anak muda yang ingin berwirausaha.

"Kita ajak mahasiswa, anak-anak muda kita jadi pengusaha muda di sektor kelautan dan perikanan," kata Menteri Sakti Wahyu Ternggono.

Untuk mendorong anak muda menjadi pelaku usaha, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia (BRSDM) menerapkan strategi pendidikan dengan melaksanakan program kewirausahaan yang terstruktur dari semester awal sampai akhir di seluruh satuan pendidikan di bawah naungan KKP.

Terbaru, KKP meresmikan Pusat Inkubasi Bisnis (Business Incubation Center) di Politeknik Ahli Usaha Perikanan (AUP) untuk memperkuat program kewirausahaan yang ada.

Program kewirausahaan ini bertujuan memberi bekal kepada peserta didik agar dapat memahami konsep kewirausahaan, memiliki karakter wirausaha, mampu memanfaatkan peluang, dan mendapatkan pengalaman langsung berwirausaha, serta terbentuknya lingkungan sekolah yang berwawasan kewirausahaan.

"Sudah banyak hasil dari program kewirausahaan yang digagas BRSDM KKP yaitu diantaranya peserta didik melakukan panen 3 ton udang vaname di Tambak Budidaya Udang Skala Mini Empang Plastik (Busmetik) Politeknik AUP Kampus Serang dengan masa pemeliharaan 100 hari," pungkas Sakti Wahyu Ternggono,

Sementara itu, berdasarkan data nilai produksi perikanan budidaya tahun 2018, nila lebih dari Rp. 21 triliun; lele mencapai Rp. 17 triliun; kerapu sekitar Rp. 851 miliar; dan udang vaname mencapai Rp. 41 triliun.

Angka tersebut baru dihitung dari 10 sentra produksi masing-masing komoditas yang tersebar di seluruh Indonesia.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: kkp.go.id


Tags

Artikel Pilihan

Terkini