Dia mencontohkan teori ekonomi Pancasila yang dipelopori Prof. Mubyarto dan Prof. Sri Edi Swasono sebelumnya, bisa dikembangkan lebih lanjut sehingga peserta didik mendapat ajaran soal ekonomi Pancasila.
“Jangan sampai akhirnya yang diajarkan adalah teori ekonomi barat,” tegasnya.
Sedangkan Sejarawan, Dr. Anhar Gonggong, M.A., mengatatakn Pancasila sejak masa kemerdekaan selalu jadi permainan para pemain politik.
Pancasila menurutnya lebih banyak diperbicarakan daripada diamalkan. Bahkan, pasca reformasi, orang-orang nampaknya malu bicara Pancasila.
“Kenapa itu terjadi? karena memang sepanjang diberlakukan sebagai dasar negara, selalu saja Pancasila dijadikan sekadar alat politik untuk kepentingan kekuasaan bukan untuk rakyat,” urainya.
Anhar sepakat perlu ada konsensus dalam sistem pendidikan nasional yang menetapkan Pancasila sebagai pegangan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Itu tantangan kita sampai sekarang,” imbuhnya.***