Lebaran, Tukang Selonggsong Ketupat di Pasar Weleri Kendal Laris Manis

- 12 Mei 2021, 23:25 WIB
Pembuat Selongsong Ketupat di Weleri Panen Jelang Lebaran Ditengah Pandemi
Pembuat Selongsong Ketupat di Weleri Panen Jelang Lebaran Ditengah Pandemi /Hanief Syailendra/

LENSA BANYUMAS -  Memasuki H-1 Lebaran Idulfitri 1 Syawal 1442 H, para pembuat selongsong ketupat datang dari beberapa daerah sekitar Kabupaten Kendal dan mencoba mengadu nasib di sekitaran Pasar Weleri, Rabu 12 April 2021.

Momen ini menjadi berkah bagi para perajin selongsong ketupat menjelang Lebaran, karena warga dalam lebaran selalu menyiapkan makanan ketupat lengkap dengan lauk pauknya.

Selongsong sendiri adalah daun kelapa yang dirangkai menjadi anyaman berbentuk persegi. Di dalamnya kosong. Nantinya akan diisi beras lalu direbus menjadi ketupat.

Dari pantauan halosemarang.id di Kendal dan sekitarnya, dua hari jelang lebaran (H-2) atau sejak Selasa lalu,  pedagang selongsong ketupat sudah banyak yang menggelar dagangannya.

Sebagian besar di pasar-pasar tradisional baik di dalam pasar, maupun dengan menggelar lapak darurat di tepi jalan.

Seperti di Pasar Weleri, ada puluhan perajin dan pedagang selongsong ketupat yang lokasinya tersebar. Mereka kebanyakan datang dari daerah sekitar Kendal terutama Batang.

Salah satu pedagang, Sumaris asal Gringsing Batang mengaku setiap tahun pasti datang ke Pasar Weleri untuk menjual selongsong ketupat.

"Setiap tahun saya pasti kesini, jualannya selongsong ketupat kadang juga saya jualan tutus (tali dari sayatan bambu). Kalau jualan ketupat itu kan dimulai di hari ke 20 hingga sehari jelang lebaran," ungkapnya.

Dalam sehari Sumaris mengaku bisa menjual 60 ikat perhari, untuk satu ikat berisi 10 selongsong ketupat.

"Satu ikat isinya sepuluh dengan harga Rp 10.000. Alhamdulillah, kalau laku 60 ikat berarti dapat 600 ribu per hari," ungkapnya sambil menganyam janur membuat selongsong ketupat.

Namun, lanjut Sumaris, pendapatan sebanyak itu masih pendapatan kotor. Bersihnya, setelah dikurangi biaya beli janur, ongkos transportasi, dan makan selama berjualan.

Sementara itu, pembeli selongsong ketupat, Anik warga Weleri mengaku, hanya memborong yang sudah jadi. Menurutnya ribet kalau membeli janur yang masih lembaran dan masih menganyam sendiri di rumah.

"Sebenarnya lebih murah sih kalau beli janurnya. Karena per ikat isi 10 tangkai itu cuma lima ribu rupiah. Tapi saya gak mau ribet Karena banyak juga yang harus saya disiapkan menyambut lebaran," ungkapnya.

Setiap tahunnya di depan Pasar Weleri memang ramai dipadati warga yang membeli ketupat dan bunga/kembang dalam menyambut Idulfitri.

Sayangnya di tengah pandemi ini warga tidak mengindahkan protokol kesehatan. Disamping tidak memakai masker, warga juga tidak menjaga jarak. Hal ini dikhawarirkan akan muncul klaster pasar kembang.***

Editor: Cokie Sutrisno

Sumber: Hanief Syailendra


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x