Ade juga senang mencampur-campur bahan.
Terinspirasi dari masakan internasional yang gemar menambahkan biji-bijian, seperti barley, ia terkadang mencampur beras dan sorgum.
“Dan, orang pikir yang ia makan itu adalah barley, padahal sorgum. Bagusnya lagi, sorgum juga merupakan sumber pangan tinggi protein. Orang yang harus mengonsumsi plant base food bisa mendapatkan protein dan karbohidrat sekaligus dari sorgum,” ungkap Ade.
Puji bercerita, di NTT terdapat banyak sekali varian sorgum yang kaya serat dan tumbuh subur di lahan kering.
Dilihat dari warna sangat beragam, ada warna putih, cokelat, kuning, merah, merah marun, hingga hitam.
Seperti juga padi, ada sorgum yang pera, pulen, dan ada yang mirip ketan.
“Keberadaan sumber pangan ini tak bisa dipisahkan dari budaya. Jika sumber pangan hilang, maka budaya akan berubah atau hilang. Misalnya, Ende punya upacara Ngoa Lolo untuk sorgum. Kalau sorgum sampai hilang, upacara itu tentu tidak ada lagi,” ucapnya.
Sorgum sudah terbukti baik bagi kesehatan.
Menurut Puji, di rumah sakit pun pasien diberi makanan gluten free, termasuk sorgum, karena bisa menurunkan kadar gula darah.
Tak hanya dikonsumsi dalam bentuk nasi, masyarakat setempat sudah membuatnya sebagai sereal.