Lima belas orang dari tiap desa memproduksi piring secara swadaya.
Tugas mereka terbagi-bagi, Seperti perusahaan kecil, ada yang bekerja di bagian produksi untuk mencetak pelepah, dan ada yang bertanggung jawab di bagian pemasaran.
“Inovasi piring pelepah pinang ini telah meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya di tengah berbagai pembatasan terkait penanggulangan pandemi Covid 19. Di samping itu, kedua desa ini mendapatkan ancaman konversi lahan. Ada wacana bahwa komoditas pinang yang ramah gambut ini akan dialihkan menjadi komoditas tidak ramah gambut, seperti sawit. Jika telah mendapatkan penghasilan tambahan dari piring pelepah, para petani bisa tetap menanam pohon pinang dan tetap menjaga kelestarian ekosistem gambut, khususnya di wilayah Hutan Lindung Gambut Sungai Buluh,” ucap Asrul Aziz Sigalingging, Koordinator Project KKI Warsi.
Ia menyebutkan dengan membeli piring pelepah pinang, konsumen bisa membantu dari sisi ekonomi dan ekologi.
Selain meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, konsumen akan berkontribusi secara langsung terhadap penyelamatan lingkungan.
Piring hasil produksi kedua desa itu pun sudah diberi merek sesuai nama KUPS mereka.
Jika membeli produk mereka, konsumen akan mendapatkan kartu cantik berisi ucapan terima kasih, karena secara langsung telah mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, sekaligus menyelamatkan ekosistem lahan gambut.***