5 Fakta Piring Penyelamat Lingkungan Yang Memukau Para Pesohor

- 27 Agustus 2021, 21:35 WIB
Dalam mengerjakan piring pelepah pinang ini, setiap desa memiliki rumah produksi. Lima belas orang dari tiap desa memproduksi piring secara swadaya. / FOTO: KKI WARSI
Dalam mengerjakan piring pelepah pinang ini, setiap desa memiliki rumah produksi. Lima belas orang dari tiap desa memproduksi piring secara swadaya. / FOTO: KKI WARSI /

Jika pelepah itu dibiarkan berserakan di perkebunan dan kemudian mengering, saat musim kemarau sampah pelepah itu jadi mudah terbakar.

Hal ini berbahaya karena bisa memicu kebakaran lahan.

“Ketika inovasi piring pelepah pinang dikembangkan, petani diuntungkan. Mereka tidak harus membersihkan area perkebunan dari pelepah yang setiap hari berjatuhan dan mengotori kebun. Perajin boleh mengambil dan memanfaatkan limbah pelepah itu sebagai bahan baku, tanpa harus membayar sedikit pun. Jadi, bahan baku yang begitu berlimpah bisa didapatkan secara gratis,” ujar Ayu.  

Untuk membuat piring, pelepah pinang yang baru jatuh sekitar satu-dua hari diambil, lalu dicuci dengan sabun pencuci piring yang aman untuk bahan makanan, dijemur selama kurang lebih 3 sampai 4 jam.

Setelah pelepah kering, piring dicetak dengan alat mesin molding hot press dengan suhu 120 derajat celcius.

Satu menit kemudian, piring sudah siap digunakan. 

Dalam proses pembuatannya, perajin tidak menggunakan bahan kimia sama sekali.

Piringnya pun lebih kokoh daripada piring kertas, karena pelepah pinang memang tebal dan berlapis lilin.

Pengeringannya mengandalkan sinar matahari.

“Piring ini juga tahan lama. Jika sudah dijemur hingga benar-benar kering, ia tidak akan berjamur sama sekali, meski disimpan di dalam lemari tertutup. Jika sudah selesai digunakan, piring bisa dibuang seperti membuang daun pisang. Dia akan terurai di alam tanpa merusak lingkungan,” ucap Ayu melanjutkan. 

Halaman:

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Lensa Banyumas


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

x