Diperkirakan Miliaran Rupiah Tidak Beredar Dikampung Bila Mudik Dilarang

- 5 April 2021, 23:01 WIB
Suasana mudik lebaran.
Suasana mudik lebaran. /Foto : Dok. Kharisma Muhammadiyah/

LENSA BANYUMAS - Pemerintah yang melarang mudi lebaran tahun 2021 ini bisa jadi sesuatu hal yang tidak terduga bagi orang terutama perantauan. Hal itu gambaran yang terjadi pendapat di berbagai media sosial.

Beberapa orang pun yang telah memesan tiket pesawat untuk pulang kampung menjadi resah. Bisa dibayangkan bagaimana mereka menumpahkan rasa kecewanya berupa komentar di media sosial. Hal ini wajar, mengingat pada lebaran tahun 2020 lalu, mereka juga tidak mudik.

Dikutip Lensa Banyumas dari Blog Irwan Rinaldy Sikumbang menuliskan kondisi tersebut sama dengan sebelum pandemi dan hanya menambahkan kewajiban memperlihatkan hasil pemeriksaan antigen yang negatif di bandara keberangkatan dan melaporkan riwayat perjalanan secara online melalui aplikasi khusus di bandara kedatangan.

Baca Juga: Jelang Bulan Suci Ramadan, Stok 11 Pangan Nasional Dalam Kondisi Aman dan Terkendali

Tentu pemerintah telah belajar dari beberapa kali pelaksanaan cuti bersama, sehingga berani mengambil keputusan yang tidak populer, yang membuat banyak orang kaget.

ilustrasi
ilustrasi

Jumlah kasus baru pasien yang terkonfirmasi positif Covid-19 beberapa hari setelah pelaksanaan cuti bersama yang melonjak tajam, jelas hal yang mengkhawatirkan. Soalnya, cuti bersama identik dengan pergerakan massal antar kota antar provinsi.

Menurut Irwan, kasus baru secara harian sudah berkurang ketimbang yang terjadi sebelum itu. Boleh jadi hal ini karena keberhasilan program vaksinasi.

Baca Juga: Gubernur Jabar Siapkan Sejumlah Aturan Dalam Mendukung Kebijakan Larangan Mudik

"Tapi, kita tak boleh juga buru-buru mengklaim sebagai keberhasilan. Kalau bisa, kasus harian ditekan jauh lebih rendah lagi. Makanya, larangan mudik lebaran, harus dilihat dalam konteks ini, sehingga harus kita terima dengan lapang dada," katanya.

Pemerintah sendiri pada awalnya terkesan maju mundur. Coba lihat pernyataan Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi bahwa pemerintah tidak akan melarang mudik lebaran karena akan ada mekanisme protokol kesehatan yang ketat.

Namun akhirnya secara resmi pemerintah melarang mudik lebaran tahun 2021 buat ASN, TNI-Polri, karyawan BUMN, karyawan swasta, pekerja mandiri, dan seluruh masyarakat, dari tanggal 6 hingga 17 Mei 2021.

Baca Juga: DPD RI Minta Pemerintah Tegas Soal Mudik Lebaran

Ditambahkan Irwan, ada ancaman denda atau kurungan yang sudah menanti bagi siapa yang berani melanggar larangan mudik lebaran. Sejumlah media daring menuliskan bahwa dendanya maksimal mencapai Rp 100 juta.

Bagi warga Jakarta dan sekitarnya, pilihan untuk cuci mata di mal-mal megah, jalan-jalan ke Ancol, Taman Mini, Monas, atau objek wisata lainnya, diduga tetap ramai, meskipun dengan menerapkan protokol kesehatan.

Bicara soal menurut Irwan, Asisten Rumah Tangga (ART), seharusnya termasuk yang dilarang mudik. Tapi, dengan keluguannya, ART diperkirakan tetap nekad mudik, karena bagi mereka, mudik itu "ritual" setahun sekali yang bersifat wajib diikuti.

Baca Juga: Meskipun Sudah Terkendali Covid 19 di Jawa Timur, Gubernur Khofifah Minta Masyarakat Tetap Tidak Mudik

Bila ART tetap mudik, keluarga tanpa ART akan memilih menginap di hotel dalam kota. Istilahnya sekarang disebut staycation. Jadi, mal dan hotel di ibu kota menerima berkah dari kebijakan larangan mudik.

Perputaran uang yang biasanya setiap lebaran mengalir dari kota besar ke desa-desa, pada tahun ini, kalaupun mengalir, jumlahnya relatif kecil. Pengelola objek wisata, pengusaha rental kendaraan, penjual oleh-oleh, dan pelaku usaha lainnya di daerah, mungkin terpaksa gigit jari pada lebaran tahun ini.

Memang, warga kota yang mentransfer uang ke familinya di desa akan tetap dilakukan. Tapi, akan terasa lebih ngefek bila warga kota pulang kampung.

Baca Juga: Pemerintah Melarang Mudik Lebaran Tahun Ini, dr Tirta: Sebaiknya Dievaluasi Lagi

Ketika orang kota yang merasa bahwa mudik adalah keharusan yang harus dilakukan akan merasa kehilangan makan bersama dikampung atau kumpul saudara. Dari situ keluar uang untuk membeli sesuatu.

Bayangkan bila dalam satu daerah seperti jakarta 1 juta orang tidak mudik. Bila diambil rata satu orang adalah minim Rp 10 juta membawa uang keluar dari Jakarta dan tidak mudik berarti Rp. 10.000.000.000.000 selama lebaran beredar di Jakarta.***

 

Editor: Cokie Sutrisno

Sumber: Kharisma Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah