Ummi Labibah : Nuzulul Qur’an, Tonggak Kemanusiaan Perempuan

- 29 April 2021, 12:14 WIB
Umnia labibah ,Anggota Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga/PRK MUI Banyumas
Umnia labibah ,Anggota Komisi Perempuan, Remaja dan Keluarga/PRK MUI Banyumas /Kharisma Muhammadiyah/

Al-Qur’an melakukan koreksi total terhadap praktik poligami yang biadab dan sudah mentradisi dengan mencontohkan perkawinan monogami bersama Khadijah, istri tercinta.

Al-Qur’an melalui nabi Muhammad saw mengajarkan keharusan merayakan kelahiran bayi perempuan di tengah tradisi Arab yang memandang aib kelahiran bayi perempuan.

Al-Qur’an mempromosikan posisi ibu yang sangat tinggi, sebagai orang yang telah mengandungnya dalam keadaan payah dan sangat kepayahan, bahkan dikuatkan dengan hadist yang mengangkat derajat ibu lebih tinggi tiga kali dari ayah pada saat masyarakat memandang ibu tak ubahnya mesin produksi.

Baca Juga: Radio Penjejak Nelayan Berbasis LORA Kini Sampai ke Teluk Tomini Poso

Al-Qur’an menempatkan istri sebagai mitra sejajar suami di saat masyarakat memandangnya sebagai pelayan dan objek seksual belaka. Al-Quran menuntun Rasul mengubah posisi dan status perempuan secara revolusioner.

Mengubah posisi dan status perempuan dari objek yang dihinakan dan dilecehkan menjadi subjek yang dihormati dan diindahkan. Mengubah posisi perempuan yang subordinat, marginal, dan inferior menjadi setara dan sederajat dengan laki-laki. Rasul memproklamasikan keutuhan kemanusiaan perempuan setara dengan laki-laki.

Keduanya sama-sama makhluk, sama-sama manusia, sama-sama berpotensi menjadi khalifah fi al-ardh (pengelola kehidupan di bumi), dan juga sama-sama berpotensi menjadi fasad fi al-¬ardh (perusak di muka bumi). Nilai kemanusiaan laki-laki dan perempuan sama, tidak ada perbedaan sedikit pun. Tidak ada yang membedakan di antara manusia kecuali prestasi takwa¬nya (QS Al-Hujurat: 13).

Baca Juga: 10 Pembatal Puasa Klasik dan Kontemporer. Muslim Harus Tahu

Inilah hikmah besar nuzulul Qur’an bagi perempuan. Al-Qur’an telah meletakan sendi-sendi peradaban yang agung, untuk mencapai Khoiru ummah yang akan membawa masyarakat pada baldatun thoyyibun wa rabbun ghofur.

Sendi-sendi peradaban yang didasarkan pada kemanusiaan yang sejati akan rapuh jika dibangun dalam pondasi patriarkhi yang tidak memandang keberadaan perempuan dan menempatkan perempuan bukan sebagai subyek tetapi sebagai subyek.

Halaman:

Editor: Cokie Sutrisno

Sumber: Parsito


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah