Internet Jadi Penyumbang Emisi Karbon Di Bumi? Ini Uraian Para Peneliti

27 Mei 2021, 11:01 WIB
Penggunaan Internet jadi penyumbang emisi karbon di bumi. / wanaswara.com /

LENSA BANYUMAS - Tidak dapat dipungkiri, internet kini menjadi hal yang sulit untuk dipisahkan dalam kehidupan manusia.

Dengan satu tombol, kita bisa mulai mengirim email, bertatap muka melalui video call, mengirim pesan dengan aplikasi, mengunduh, maupun streaming film dan musik, hal ini tentu tidak akan terjadi tanpa adanya internet.

Tetapi sayangnya terdapat dampak yang tidak disadari saat menggunakan internet terhadap lingkungan.

Baca Juga: Netizen Terharu Lihat Video Seorang Pria Tidur Pulas Dipelukan Ibunya Dalam Kereta Api

Memang tidak bisa sepenuhnya untuk menghentikan penggunaan internet, namun kita bisa mengurangi emisi karbon yang dikeluarkan saat sedang tidak menggunakannya.

Setiap detik, menit, dan jam yang diluangkan untuk berselancar ria di internet akan kiiara melepaskan beberapa karbon dioksida karena adanya energi yang dibutuhkan untuk menjalankan perangkat dan memberi daya pada jaringan nirkabel yang diakses.

Meskipun energi dan emisi karbon yang dibutuhkan untuk penelusuran internet terbilang kecil, namun pengguna internet tidak hanya segelintir orang, sekitar 4,1 miliar orang di dunia atau sekitar 53,6 persen dari populasi global, saat ini menggunakannya.

Sisa dari energi tersebut menguap di udara dan menghasilkan gas rumah kaca yang dipancarkan dari setiap aktivitas online.

Jejak karbon dari perangkat/gadget, internet, dan sistem yang mendukungnya menyumbang sekitar 3,7 persen dari emisi rumah kaca global.

Menurut Mike Hazas, seorang peneliti di Lancaster University, hal ini serupa dengan jumlah yang diproduksi oleh industri penerbangan secara global, dan emisi ini diperkirakan akan meningkat dua kali lipat pada tahun 2025.

Jika menghitung secara kasar hasil penggunaannya di seluruh dunia, sekitar 1,7 miliar ton emisi karbon, maka masing-masing dari tiap pengguna bertanggung jawab atas 414 kg karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer per tahun.

Angka yang didapat bisa bervariasi tergantung di mana pengguna itu berada.

Pengguna internet di beberapa bagian dunia akan memiliki jejak karbon yang berbeda.

Untuk beberapa pengguna yang telah menyadari aktivitas online dapat merusak planet bumi telah mendorong mereka untuk mengambil tindakan.

“Apa pun yang dapat kami lakukan untuk mengurangi emisi karbon itu penting, sekecil apa pun, dan itu termasuk cara kami berperilaku di internet,” kata Philippa Gaut, guru dari Surrey, Inggris yang mencoba mengurangi dampak lingkungan secara online dari perangkat elektroniknya.

Setiap kali melakukan pencarian di internet, terdapat keluaran gas rumah kaca akibat dari setiap pencarian unik membutuhkan banyak server.

"Apabila beberapa orang tersadar dan membuat perubahan, hal ini akan memberikan dampak yang besar,” tambah Gaut. 

Produksi server membutuhkan lebih banyak energi penghasil gas rumah kaca. Rata-rata situs web menghasilkan 1,76 gram Co2e per tampilan halaman.

Sebuah email diperkirakan memiliki jejak karbon 4 gram Co2e, dan lampiran besar dapat memiliki jejak karbon 50 gram. 

Beberapa orang memperkirakan bahwa email mereka sendiri akan menghasilkan 1,6 kg Co2e dalam satu hari.

Berners-Lee sendiri juga menghitung bahwa pengguna bisnis pada umumnya menghasilkan 135 kg Co2e dari mengirim email setiap tahun, yang setara dengan mengemudi sejauh 321 km dengan mobil.

Mengirimkan pesan email  seperti “terima kasih” atau hal yang tidak terlalu penting, seperti berhenti berlangganan dari email yang tidak lagi dibaca dapat mengurangi emisi karbon.

Hal tersebut dapat menahan karbon yang lepas ke atmosfer sebesar 16.433 ton/tahun yang setara menghentikan laju 3.334 mobil diesel dari jalan raya.

“Meskipun jejak karbon email tidak besar, itu adalah ilustrasi yang bagus dari prinsip yang lebih luas bahwa memotong limbah dari kehidupan kita baik untuk kesejahteraan kita dan baik untuk lingkungan,” kata Berners-Lee.

Menurut perkiraan oleh layanan anti spam Clean Fox, rata-rata pengguna menerima 2.850 email yang tidak diinginkan setiap tahun dari langganan, artinya tiap orang bertanggung jawab atas 28,5 kg karbon yang dilepas di atmosfer.

Untuk Google sendiri, rata-rata pengguna melakukan 25 pencarian setiap harinya, seperti menonton Youtube dengan rata-rata 1 jam, mengakses Gmail dan beberapa layanan lainnya, aktivitas ini menghasilkan setidaknya 8 gram karbon per harinya.

Namun hal baiknya, dengan memilih mengakses berita atau informasi lainnya melalui web dapat mengurangi emisi karbon dibandingkan dengan membaca lewat koran  (0,3 kg karbon) atau buku (1 kg karbon). 

Aktivitas ini membuat membaca berita dan buku secara online menjadi pilihan lebih ramah lingkungan daripada membaca di atas kertas.

Menurut lembaga pemikir Prancis, The Shift Project, menonton video secara online juga menyumbangkan karbon terbesar dari lalu lintas internet di dunia.

Sekitar 300 juta ton karbon per tahun dihasilkan dari aktivitas tersebut yang kira-kira menyumbang 1 persen dari emisi global.

Hal ini disebabkan karena daya yang digunakan serta konsumsi energi dari server dan jaringan yang akan mendistribusikan konten.

“Jika menyalakan televisi untuk menonton Netflix, sekitar separuh daya dialirkan untuk menghidupkan TV dan separuh energi dialirkan untuk menghidupkan Netflix,” ungkap Mike Hazas dari Universitas Lancaster.

Netflix mengatakan total konsumsi energi globalnya mencapai 451.000 megawatt jam per tahun, yang cukup untuk menyalakan 37.000 rumah, tetapi bersikeras membeli sertifikat energi terbarukan dan kompensasi karbon untuk mengkompensasi energi apa pun yang berasal dari sumber bahan bakar fosil.

Mike Hazas menunjukkan bahwa beberapa penayangan YouTube yang tidak sengaja terputar seperti saat tertidur atau perangkat tidak sengaja tertinggal akan menghasilkan karbon secara percuma.

Mengurangi penggunaan ini atau menghentikan pemutaran video secara tidak sengaja di browser yang terbuka saat tidak menonton, dapat membantu mengurangi jejak karbon Anda.

Mengotak-atik setelan putar otomatis dan beralih dari definisi tinggi ke resolusi yang lebih rendah jika tidak diperlukan juga dapat membuat perbedaan.

Hazas menjelaskan cara paling efisien untuk melihat program favorit Anda adalah dengan menunggunya di TV, atau memilih untuk mengalirkannya melalui Wi-Fi daripada di jaringan seluler.

“Sebaiknya bisa menunggu sampai di rumah untuk menonton YouTube dengan menggunakan Wi-Fi, itu yang terbaik,” tambahnya.

Dan, salah satu cara paling menyenangkan untuk lebih ramah lingkungan adalah dengan menonton film dan TV bersama.

Memilih untuk mengirim pesan melalui teks sms merupakan pilihan alternatif yang paling ramah lingkungan yang hanya menghasilkan 0,014g Co2e.

Penggunaan Twitter dengan mengirim tweet diperkirakan memiliki jejak 0.2 g Co2e.

WhatsApp atau Facebook Messenger diperkirakan oleh Freitag memiliki lebih sedikit jejak karbon intensif daripada mengirim email, namun hal ini tergantung dari apa yang dikirim, gif, emoji, dan gambar memiliki jejak karbon yang lebih baik daripada teks yang panjang.. 

Menurut Freitag, melakukan panggilan telepon seluler memiliki jejak karbon yang lebih tinggi dibandingkan dengan mengirim pesan.

Melakukan panggilan video melalui internet pun jauh lebih tinggi.

Namun penting untuk diingat, video call dapat menggantikan perjalanan para pengguna untuk bertemu, hal ini bisa jauh lebih baik untuk lingkungan.

“Secara keseluruhan, audio tidak terlalu bermasalah,” kata Hazas, karena streaming audio lebih hemat energi dan karbon daripada streaming gambar. 

Hal lain yang bisa dilakukan adalah saat melakukan streaming Youtube atau aplikasi pemutar video sejenisnya pastikan untuk menonaktifkan tombol autoplay, tutup halaman yang tidak diperlukan untuk menghindari pemutaran video di belakang layar dan sebaiknya mengurangi streaming video apabila hanya membutuhkan audio saja.

Cabut steker dari soket setelah mengecas perangkat elektronik, karena steker yang tidak dicabut masih menyerap energi listrik, dan tidak lupa untuk mematikan perangkat elektronik seperti TV, komputer, dan laptop saat tidak digunakan.

Hal sederhana seperti ini tidak disangka mampu membantu mengurangi karbon yang menguap di udara.***

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: wanaswara.com

Tags

Terkini

Terpopuler