Angka Stunting Indonesia Masih Tinggi, Menko PMK: Kuncinya Atasi Kemiskinan

- 3 Maret 2021, 15:40 WIB
Menko PMK Muhajir Efendi (batik topi) di Desa Lumapangan, Bantaeng Sulsel.
Menko PMK Muhajir Efendi (batik topi) di Desa Lumapangan, Bantaeng Sulsel. /Situs Kemenko PMK

 

LENSA BANYUMAS - Hasil Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) Status Gizi Balita pada 2019 menyebut, pravalensi stunting di Indonesia sebesar 27,67 persen.

Sedangkan Presiden Joko Widodo mencanangkan target penurunan stunting atau pertumbuhan kerdil menjadi 14 persen pada tahun 2024 mendatang.

Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhajir Effendy menjelaskan, kunci untuk menurunkan stunting adalah penanganan kemiskinan.

Baca Juga: Turunkan Kemiskinan di Wonogiri, Bupati Joko Sutopo Prioritaskan Program Vaksinasi Covid 19

Artinya, kemiskinan merupakan salah satu penyebab mengapa ibu dan anak tidak memperoleh gizi yang cukup, karena kekurangan asupan gizi inilah yang dapat memicu terjadinya pertumbuhan kerdil.

"Memang tidak semua orang miskin anaknya stunting, tapi sebagian besar stunting itu diakibatkan karena kemiskinan, karena itu kemiskinan yang harus ditangani," tegas Menko PMK dikutip dari situs resmi Kemenko PMK, Rabu, 3 Maret 2021.

Menteri mengatakan hal ini saat dirinya berada di gedung Penanggulangan Gizi Terpadu di Desa Lumpangan, Kecamatan Pajukakang, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan Selasa, 2 Maret 2021 lalu. 

Menurutnya, anta kemiskinan dan munculnya stunting sangat erat, apalagi dimasa pandemi Covid 19 dengan angka kemiskinan yang meningkat.

Oleh karenanya, pemerintah menggelontorkan berbagai stimulus untuk mengatasi kemiskinan seperti BLT, program sembako, dan Program Keluarga Harapan (PKH).

Halaman:

Editor: Ady Purwadi

Sumber: Kemenko PMK


Tags

Artikel Pilihan

Terkini