Mantan Jubir KPK Berbagi Pengalamannya Saat Ikuti Seleksi Jadi Pegawai KPK

- 7 Mei 2021, 21:54 WIB
Mantan Jubir KPK Febri Diansyah Sewaktu Mengikuti Pendidikan di Pusdik Kopassus Nopember 2013. / Twitter@febridiansyah
Mantan Jubir KPK Febri Diansyah Sewaktu Mengikuti Pendidikan di Pusdik Kopassus Nopember 2013. / Twitter@febridiansyah /

LENSA BANYUMAS - Di saat beberapa pegawai senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang berdedikasi dan kinerja bagus terancam disingkirkan hanya karena tes wawasan kebangsaan yang dinilai kontroversial itu, mantan Jubir KPK Febri Diansyah berbagi pengalamannya saat mengikuti seleksi Pegawai KPK.

Dalam akun twitternya, Febri bercerita bahwa seleksi masuk KPK, disebut Indonesia Memanggil.

"Saya mau cerita, gimana seleksi jd Pegawai KPK. Dulu... seleksi masuk KPK disebut INDONESIA MEMANGGIL. Ya, karena kami yang ikut seleksi merasa terpanggil untuk berbakti pada INDONESIA. Saya lulus Indonesia Memanggil 7 (IM-7), sekitar tahun 2013 bersama 159 pegawai lainnya," tulis Febri yang dilansir Lensa Banyumas-PIKIRAN RAKYAT.com, hari Jum'at 7 Mei 2021.

Baca Juga: Tiga Anggota DPRD Jabar Dipanggil KPK, Terkait Dugaan Suap Proyek di Pemkab Indramayu

Febri menyebutkan bahwa seluruh tes sebelum tahap wawancara unit kerja dilakukan oleh konsultan Independen yg berpengalaman melakukan tes serupa untuk sejumlah lembaga negara/swasta.

"Tahap 1, seleksi administrasi. Di tahap ini jg ada beberapa pertanyaan awal tentang pondasi-pondasi Integritas dan motivasi masuk KPK," ungkapnya.

Kemudian di tahap kedua, lanjut Febri, dilakukan tes potensi seharian penuh.

"Saya agak kurang sehat saat itu, sehingga saat jawab sempat ga sadar agak meler," ucapnya.

Menurutnya, kalau melihat tes masuk PNS, ada beberapa soal yang hampir sama. Tapi ia merasakan tesnya sangat berat pada hari itu. Selain menguji potensi IQ juga kesabaran dan konsistensi.
 
Selanjutnya, tes tahap ketiga, yaitu tes kompetensi sesuai bidang masing-masing dan pengetahuan umum mengenai berbangsa dan bernegara, hukum dan pemberantasan korupsi.
 
"Karena saya melamar sebagai Penyelidik, ada juga pertanyaan tentang audit. Dan tahap empat ada tes bahasa Inggris," ujar Febri.
 
Pada tahap kompetensi ada wawancara dengan konsultan. Febri merasakan hanya hal yang relevan yang digali. Bahkan ada pertanyaan mendalam tentang integritas dan independensi. Termasuk pertanyaan, apa yg akan anda lakukan jika tahu atasan salah?
 
"Saya jawab, saya akan ingatkan dengan cara yang tepat," ungkapnya.
 
Selain itu, Febri juga ditanya, situasi apa yang paling sulit ketika harus memilih kepentingan pribadi dengan kepentingan pelaksanaan tugas.  Hingga terkait kepemimpinan tim dan pengambilan keputusan.
 
"Saya memahami, ini pertanyaan sangat penting karena terkait aspek kepemimpinan dan konflik kepentingan," kata Febri.
 
Setelah itu, ada sesi Leaderless Group Discussion membahas tentang nilai-nilai dasar antikorupsi seperti kejujuran dan bgaimana membangun prinsip antikorupsi dalam kehidupan masyarakat sampai bernegara.
 
Proses yang dilalui, menurut Febri, cukup panjang dan saringan yang sangat ketat.
 
"Terakhir kami mengikuti tes kesehatan. Proses pendaftaran Mei 2013, dan kami baru mulai melakukan pendidikan pada November 2013. Setelah seluruh tahapan dilalui, yang lolos seleksi dipanggil wawancara dengan unit kerja," sambungnya.
 
Calon pegawai yg lolos tahap wawancara unit kerja ini berarti telah memenuhi kompetensi dasar.
 
Tinggal kecocokan dengan pelaksanaan tugas unit masing-masing. Pada fase wawancara inilah digali sedemikian rupa kemampuan dan latar belakang.
 
"Sebelumnya KPK menerjunkan tim profiling masing-masing calon," terang Febri.
 
Setelah lolos seluruh tahapan, seingatnya ada 160 orang. Febri memasuki tahapan yang paling terkenal di setiap angkatan KPK. 
 
"Pendidikan dasar ini disebut INDUKSI PEGAWAI KPK. Angkatan saya saat itu dididik dan ditempa di Pusat Pendidikan KOPASSUS di Batujajar selama dua bulan," kata Febri.
 
Bahkan, beberapa angkatan sebelumnya ada yang di BAIS TNI dan Akpol. 
 
Dia diberikan berbagai materi fisik, disiplin, aspek kebangsaan dan cinta tanah air, hingga materi-materi intelijen dan hukum.
 
"Lengkap. Jam 4 pagi bangun, olahraga, subuh jamaah, mandi, upacara, apel pagi, pbb, kelas dan lain-lain," lanjut Febri.
 
Sesi harian berakhir sampai apel malam sekitar jam 8 atau 9. Kemudian angkatannya bersih-bersih dan bersiap istirahat.
 
"Tapi ada kewajiban untuk jaga barak secara bergantian tiap jam smpai pagi. Oh ya, Pegawai diberikan waktu untuk Ibadah sesuai agama masing-masing, stiap hari dan juga hari minggu,"kisah Febri.
 
Selain di Batujajar, dia bersama angkatannya dibawa ke tempat pelatihan hutan Kopassus di Situ Lembang.
 
"Saya ingat, rasanya airnya sangat dingin seperti air yang ditaro di samping pintu kulkas semalaman. Di sana penempaan yang lebih dilakukan. Hampir setiap saat pelatih menekankan tentang kebangsaan," ucap Febri.
 
Febri juga hampir saja tidak jadi ikut INDUKSI saat itu, karena isterinya sedang hamil tua anak ke-3.
 
Tapi setelah Febri bcara dengan keluarga, mereka merelakan karena yang kami pahami saat itu, menjadi pegawai KPK adalah panggilan hati untuk berkonstribusi dan mengabdi pada INDONESIA.
 
"Alhamdulillah, saat ada kabar isteri akan lahiran, saya diberikan cuti dua hari untuk menemani proses kelahiran di Jakarta. Dengan catatan, setelah itu saya wajib kembali ke lokasi dan lapor ke pelatih," tandasnya.
 
Saat pulang ke rumah, kata Febri, dua anaknya sempat agak ragu dan tidak mengenali Bapaknya.
 
"Karena pulang-pulang kulit lebih gelap, dekil (tentu saja) dan kurus," cerita Febri.
 
Namun Febri merasa sangat sehat saat itu. Beberapa waktu kemudian tubuh mengembang kembali.
 
"Saya berterimakasih dan masih terus berkomunikasi dengan beberapa pelatih di Pusdikpassus yang dulu menggembleng kami pagi, siang malam.. Yang saya ceritakan mungkin hanya bagian kecil. Pegawai-pegawai KPK di angkatan sebelumnya saya dengar melalui proses yg lebih berat," imbuhnya.
 
Tidak hanya itu, seleksi jabatan di KPK juga harus tes dengan tahapan seperti di atas. Itu yg selama ini terjadi di KPK.
 
"Karena itu saya ga habis pikir sekarang beberpa pegawai senior yang berdedikasi dan kinerja bagus terancam disingkirkan hanya karena tes wawasan kebangsaan yang kontroversial ini," tutupnya.***
 
 

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: Twitter@febridiansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

x