Untuk Mengatasi Krisis Kedelai, Pengamat UGM: Dibutuhkan Penguatan Inovasi Produksi

- 24 Februari 2022, 19:34 WIB
Untuk Mengatasi Krisis Kedelai,  Pengamat UGM Sebut Dibutuhkan Penguatan Inovasi Produksi. / freepik / @jcomp
Untuk Mengatasi Krisis Kedelai, Pengamat UGM Sebut Dibutuhkan Penguatan Inovasi Produksi. / freepik / @jcomp /

Menanggapi krisis kedelai yang tengah terjadi, Subejo menyebutkan krisis kedelai global dipicu oleh beberapa hal yaitu menurunnya produksi kedelai di Amerika Serikat dan Brasil sebagai penghasil utama kedelai dunia akibat La Nina, serta meningkatnya impor kedelai oleh China.

Saat ini China,menurutnya, merupakan importir kedelai terbesar di dunia dimana  tahun 2020 mengimpor 58 persen dari total ekspor kedelai Amerika Serikat.

Dia menjelaskan kedelai merupakan tipikal komoditas yang sangat sesuai dikembangkan di negara empat musim dan kurang optimal dikembangkan di negara beriklim tropis seperti Indonesia.

Tingkat produktivitas kedelai Indonesia sangat jauh dibandingkan dengan produktivitas di Amerika dan Eropa.  

“Dengan pertumbuhan jumlah penduduk yang terus meningkat permintaan kedelai juga semakin meningkat, akibatnya impor kedelai tidak dapat dihindarkan," ujar Subejo.

Sehingga cukup wajar jika impor kedelai jauh lebih besar dibandingkan kemampuan  produksi nasional.

Berdasarkan data BPS tahun 2019, beberapa tahun terakhir kebutuhan kedelai nasional sebesar 3,4-3,6 juta ton per tahun.

Di sisi yang lain, kapasitas produksi kedelai paling tinggi hanya mendekati 1 juta ton. 

Dengan kondisi tersebut maka setiap tahun diperlukan impor sebanyak 2,4-2,6 juta ton. Bahkan, pada tahun 2017 total impor kedelai mencapai 2,67 juta ton yang bernilai US$ 1,15 miliar dimana 2,63 juta ton berasal dari Amerika serikat.

“Rendahnya kapasitas produksi kedelai ini dapat dilihat dari data BPS pada 2019, dan dalam 5 tahun terkahir produksi tertinggi kedelai tahun 2016 dan 2017 sebesar  859.653 ton dan 538.728 ton, pada tahun 2018  mengalami kenaikan menjadi 982.528 ton," jelas Dosen Fakultas Pertanian dan Sekolah Pascasarjana UGM itu.

Halaman:

Editor: Rama Prasetyo Winoto

Sumber: UGM


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

x