Meskipun secara harfiahnya bahwa bahasa merupakan alat untuk berkomunikasi dengan orang lain. Adanya pembubuhan seni dalam pengungkapan kata tersebut dapat dikategorikan sebagai karya sastra yang bersinggungan dengan penggunaan bahasa didalamnya. Bahkan sebenarnya hampir seluruh karya sastra di dunia ini menggunakan bahasa didalamnya. Karya sastra pun dianggap tidak dapat seutuhnya hidup tanpa adanya penggunaan bahasa.

Baca Juga: Menjawab Persoalan Pelayanan Publik dalam Debat Capres Perdana

Penyair Indonesia yang Terkenal

Berbicara mengenai karya sastra, Indonesia memiliki beberapa penyair Indonesia yang terkenal. Salah satunya yaitu Chairil Anwar yang sering sekali kita dengar namanya lewat mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah. Chairil disebut sebagai pelopor bagi Angkatan 45 karena kemampuannya yang mampu mendobrak tata bahasa melayu lama.

Chairil Anwar

Karya sastra milik Chairil Anwar terbilang relevan sampai saat ini seperti contoh puisi ibu yang pernah ditulisnya. Tata bahasa yang digunakan tidak mesti memiliki kaitan dengan bahasa yang digunakan kala itu. Sehingga hal ini mengisyaratkan bahwa dia sering mendobrak zona bahasa untuk mendapatkan gaya bahasa yang baru.

Baca Juga: UNHCR Sebut Persoalan Pengungsi Rohingya Relatif Bisa Dikendalikan

Sapardi Djoko Damono

Sapardi Djoko Damono juga merupakan penyair yang namanya populer melalui penggunaan sajak yang sederhana. Namun kesederhanaan sajaknya mampu menyihir pembacanya untuk terbawa ke dalam setiap lantunan syairnya. Penyampaian bahasanya pun terbilang tidak rumit dan berbelit-belit sehingga mudah untuk dipahami maknanya.

Didalam kesederhanaan tata bahasa tersebut, namun beliau menghasilkan banyak kekayaan kosa kata dari Bahasa Indonesia yang masih jarang diketahui khalayak. Namun kosa kata tersebut pun terbilang relevan dan digunakan oleh masyarakat secara umum. Tujuan penggunaan kosa kata pun sebenarnya adalah untuk membuat khalayak memahami kekayaan bahasa Indonesia untuk dipelajari.

Afrizal Malna

Afrizal Malna lebih dari itu, beliau bukan sededar penyair tetapi juga seorang penulis naskah teater dan penggiat seni rupa. Dalam menuliskan puisinya sendiri, Afrizal memiliki kecenderungan untuk mengotak atik bahasa, hal ini mampu membuat bahasa memiliki pergeseran secara gramatikalnya. Atau dapat dikatakan susunan tata bahasanya menjadi berbeda, namun demikian hal ini wajar saja untuk menunjukkan unsur seni dalam suatu bahasa.