LENSA BANYUMAS - Masa pandemi sudah reda, namun kini muncul varian baru Covid 19 yang memicu kekhawatiran masyarakat dunia.
Adalah varian Omicron (virus corona B.1.1.529 yang pertama kali terdeksi di Afrika Selatan dan diklaim memiliki tingkat penularan yang lebih ganas dibandingkan varian Delta.
Disisi lain, sejumlah pakar meminta masyarakat agar tidak khawatir dengan informasi tersebut, karena masa tersulit dari pandemi yang sudah terlewati, seperti pernyataan dokter spesialis penyakit menular asal Amerika Serikat, Faheem Younus.
Baca Juga: Dokter Faheem Younus Sebut, Seburuk Apapun Varian Omicron, Bagian Tersulit Pandemi Sudah Terlewati
Meski demikian anda perlu mengenali gejala umum jika seseorang terdeteksi varian Omicron seperti yang dilansir dari Times Now News pada Selasa, 3 Desember 2021.
Berikut 5 gejala umum seseorang terinfeksi varian Omicron:
1. Nyeri Tubuh dan Sakit Kepala
Gejala awal orang yang terinfeksi varian Omicron ciri khasnya akan merasakan kelelahan ekstrem selama dua hari berturut-turut yang disertai dengan rasa nyeri di tubuh dan sakit kepala.
2. Merasa Sangat Lelah
Gejala berikutnya, seseorang yang terinfeksi varian ini akan mengalami gejala sangat ringan yakni merasakan kelelahan yang ekstrem.
3. Tidak Kehilangan Indra Penciuman
Berbeda dengan varian Delta, penderita varian Omicron sejauh ini dikabarkan tidak mengalami kehilangan indra penciuman atau indra perasa.
Selanjutnya juga tidak mengalami penurunan signifikan pada saturasi oksigen.
4. Suhu dan Denyut Nadi Tinggi
Gejala umum dari varian Omicron yang cukup mengejutkan adalah terjadi pada anak-anak. Dalam kasus yang sudah terjadi, ada seorang anak berusia 6 tahun yang mengalami suhu tubuh dan denyut nadi sangat tinggi.
5. Menyerang Anak Muda
Anak muda dinilai rentan dengan serangan varian Omicron, terutama yang belum divaksinasi.
Dari kasus yang sudah ada dilaporkan, hampir separonya penderita adalah mereka anak muda yang belum mendapatkan vaksin Covid 19 dan dengan umur yang rentan dibawah 40 tahun.
Dari 5 gejala ini setidaknya bisa dijadikan antisipasi untuk pencegahannya. Dan yang terpenting, para pakar tetap meminta masyarakat disiplin dengan protokol kesehatan.***