Tentang "mengapa"-nya, seingat saya yang mengusulkan semboyan ini adalah Mohammad Yamin, yang, seperti kita semua ketahui, merupakan fanboy Gajah Mada dan pengagum Majapahit kelas berat.
Dalam hal ini, sangat wajar kalau Yamin mengutip sebuah karya dari masa Majapahit untuk menjadi semboyan bangsa Indonesia modern. Kebetulan saja karyanya berbahasa Jawa Kuna.
Memang Yamin juga mengintegrasikan narasi kebesaran negeri Melayu seperti Sriwijaya dalam konsep keindonesiaannya.
Tapi masalahnya, warisan sastra dan budaya Sriwijaya tidak bertahan hingga masa modern, berbeda dengan tradisi sastra Jawa Majapahit yang masih lestari di masyarakat Hindu Bali.
Tebakan saya, kalau misalkan Yamin menemukan karya sastra agung Melayu Kuna yang lebih tua dari Sutasoma, ada kemungkinan dia akan mengutip dari situ ketimbang dari Sutasoma. Tapi ini spekulasi saja.,"katanya.***