Ini Fakta-Fakta Bersejarah Gedung Kramat 106, Salah Satunya sebagai Tempat Lahirnya Sumpah Pemuda

- 21 Oktober 2020, 06:05 WIB
Gedung Kramat 106 yang sekarang menjadi museum Sumpah Pemuda./Dok. Kemdikbud Dirjen Kebudayan
Gedung Kramat 106 yang sekarang menjadi museum Sumpah Pemuda./Dok. Kemdikbud Dirjen Kebudayan /

Lensa Banyumas – Gedung Kramat 106 menjadi tempat bersejarah lahirnya Sumpah Pemuda yang diperingati setiap 28 Oktober.

Pada Kongres Pemuda II yang diselenggarakan pada 27-28 Oktober 1928, rapat pertama diadakan di gedung Katholieke Jongenlingen Bond dan rapat kedua berlokasi di Gedung Oost-Java Bioscoop.

Baca Juga: Resmi Diluncurkan, Ini Makna Logo Hari Sumpah Pemuda 2020

Sedangkan gedung Kramat 106, menjadi tempat dilaksanakannya rapat ketiga Kongres Pemuda II. Di tempat inilah dideklarasikannya naskah Sumpah Pemuda yang hingga kini diperingati setiap tahun sebagai Hari Sumpah Pemuda.

Selain sebagai tempat lahirnya Sumpah Pemuda, gedung Kramat 106 ternyata memiliki fakta-fakta bersejarah lainnya.

Berikut fakta-fakta bersejarah gedung Kramat 106 yang berhasil dirangkum dari berbagai sumber:

Baca Juga: Kesiapsiagaan Hadapi Fenomena La Nina, Pramuka Peduli Banyumas Bentuk Satgas

  • Hak guna bangun gedung Kramat 106 dipegang oleh Sie Kong Liong
  • Sejak 1925, gedung yang memiliki luas 460 meter persegi ini menjadi tempat tinggal pelajar yang tergabung dalam Jong Java. Kebanyakan dari mereka adalah pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia alias Stoviadan dari sekolah tinggi hukum Rechtshoogeschool te Batavia (RHS)

Baca Juga: Lewat Pertunjukan Calung dan Ebeg, Komunitas Banyumas Eling-Eling Kirim Pesan Perdamaian

  • Beberapa tokoh pergerakan yang pernah tinggal di gedung ini yaitu, Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifuddin, Soegondo Djojopoespito, Setiawan, Soejadi, Mangaradja Pintor, A.K. Gani, Mohammad Tamzil dan Assaat dt Moeda.
  • Selain sebagai tempat tinggal, gedung Kramat 106 juga digunakan untuk menampung kegiatan kepanduan, diskusi politik dan latihan kesenian Jawa. Anggota Jong Java dan mahasiswa lainnya menyebut gedung ini Langen Siswo.

Baca Juga: Ini Sejumlah Nama Pahlawan Nasional di Mata Uang Rupiah Kertas, Lengkap dengan Biografi Singkatnya

  • Sejak 1926, penghuni gedung ini makin beragam. Kebanyakan dari mereka adalah aktivis pemuda dari daerahnya masing-masing.
  • Tempat ini juga menjadi markas Perhimpunan Pelajar-pelajar Indonesia (PPPI)
  • Harga sewa gedung ini 12,5 gulden per orang setiap bulan, atau setara dengan 40 liter beras waktu itu.

Baca Juga: 5 Youtuber Perempuan Indonesia dengan Jumlah Subscriber Terbanyak Oktober 2020, Ricis Jawaranya

  • Gedung ini memiliki seorang pekerja bernama Bang Salim, yang ditugaskan untuk mengurus rumah.
  • Gedung Kramat 106 ini juga selalu dalam kuntitan Politieke Inlichtingen Dienst (PID) yang merupakan Badan Kemanan Utama untuk Hindia Belanda.
  • Di gedung ini juga muncul majalah Indonesia Raya, yang dikelola PPPI.

Baca Juga: ICA dan Cheff Riva Berikan Pelatihan Memasak Ayam Chrispy ke Warga Binaan Rutan Banyumas

  • Sejak 1927, gedung Rakyat 106 digunakan sebagai tempat resmi pertemuan pemuda nasional, sehingga para penghuni menamakan gedung ini Indonesische Clubhuis.
  • Pada 28 Oktober 1928, dalam rapat ketiga Kongres Pemuda II di gedung Rakyat 106, tercetuslah naskah Sumpah Pemuda, yang kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Sumpah Pemuda.
  • Pada 1934, para penghuni tidak melanjutkan sewa tempat ini.

Baca Juga: SD Negeri Panambangan Banyumas Diizinkan Lakukan Pembelajaran Tatap Muka

  • Pada 1937-1951, gedung ini disewakan kepada Pang Tjem Jam sebagai tempat tinggal. Setelah itu, gedung disewa lagi oleh Loh Jing Tjoe, yang menggunakannya sebagai toko bunga dan hotel.
  • Pada 1951 – 1970, gedung Kramat 106 disewa Inspektorat Bea dan Cukai untuk perkantoran.
  • Dari 3 April sampai 20 Mei 1973, gedung ini dipugar dan diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, sebagai Gedung Sumpah Pemuda.

Baca Juga: 9 Jalan Tol Ini Diusulkan Masuk Daftar PSN

  • Pada 20 Mei 1974, gedung ini kembali diresmikan oleh Presiden Soeharto.
  • Sebelumnya, gedung Sumpah Pemuda ini dikelola oleh Pemda DKI Jakarta. Kemudian, pada 16 Agustus 1979, pengelolaannya diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
  • Pada 7 Februari 1983, dengan dikeluarkannya SK Mendikbud No. 029/O/1983, gedung Sumpah Pemuda dijadikan UPT di lingkungan Direktorat Jenderal Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda.

Baca Juga: 2 SD Negeri di Sidoarjo Tetap Lakukan Pembelajaran Tatap Muka di Sekolah saat Pandemi, Ini Alasannya

  • Pada 2013, melalui Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 254/M/2013, tanggal 27 Desember 2013, bangunan utama gedung Museum Sumpah Pemuda ditetapkan sebagai Bangunan Cagar Budaya Peringkat Nasional.

***

Editor: Henoh Prastowo

Sumber: Kemdikbud wikipedia Museum Sumpah Pemuda Kemendikbud


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x