“Hanya saja, teksturnya lebih lembut daripada stroberi. Ukurannya juga lebih kecil. Buah yang sudah matang sempurna dengan warna merah menyala rasanya manis dengan sedikit asam. Ada bagian lembut berwarna putih di bagian tengah buah. Ini yang tidak ditemukan pada stroberi,” kata Reni.
Ia bercerita, buah ini biasa dijadikan camilan bagi anak-anak desa.
Sepulang sekolah mereka kerap mengumpulkan Kerben, lalu merajutnya dengan rumput.
Siapa yang rangkaian Kerben paling panjang, dia yang menang.
Setelah itu, baru mereka santap ramai-ramai.
Petani juga sering mengonsumsi buah Kerben segar.
Sepulang dari ladang, atau ketika dalam perjalanan pulang-pergi ke ladang, mereka memetik dan mengonsumsi buah ini.
3. Selai tanpa pengawet kimia
Kerben mulai banyak dimanfaatkan oleh penduduk desa sebagai bahan pembuatan selai.